Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Ketua Komisi C DPRD Bojonegoro, Jawa Timur, Sally Attyasasmi mengatakan daerahnya belum memiliki budaya andalan yang bisa dikemas secara utuh untuk menarik pengunjung datang tidak hanya tingkat nasional, tapi juga Internasional.
"Sampai sekarang kita masih belum memiliki budaya yang bisa dikemas untuk even-even Internasional," kata dia dalam "Focus Group discussion" (FGD) di Bojonegoro, Senin.
Dalam FGD yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), ia memberikan contoh bahwa keberadaan Makam Kubur Batu atau Makam Kalang yang ada di Desa Tanggir, Kecamatan Malo, belum memiliki kisah yang bisa menarik pengunjung.
Padahal, menurut dia, di Jepang ada makanan yang bahannya dari daging sapi dengan harga yang cukup mahal. Di restoran itu, dikisahkan bahwa daging sapi yang dihidangkan itu pada proses perawatannya dilakukan dengan kasih sayang.
"Ya banyak orang percaya untuk membayar mahal," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut dia, Makam Kubur Batu bisa menjadi destinasi bertaraf Internasional kalau memang dilengkapi dengan kisah yang menarik.
Selain itu, ia juga menyayangkan di lembaga pendidikan dasar tidak pernah ada pelajaran muatan lokal terkait budaya lokal, misalnya komunitas Samin.
"Seharusnya budaya lokal dikenalkan kepada anak-anak sejak dini," ucapnya.
Ia meminta kepada peserta FGD yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, mulai seniman, budayawan, juga pihak lainnya untuk mengawal pokok-pokok pikiran kebudayaan daerah karena akan menjadi rencana induk kebudayaan di daerah setempat.
"Saya minta teman-teman untuk mengawal," ujarnya.
Kepala Bidang Budaya Disbudpar Bojonegoro Taufik Amrullah, menjelaskan penyusunan pokok-pokok pikiran kebudayaan daerahnya ini merupakan amanat UU No.5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
"Daerah wajib menyusun pokok-pokok pikiran kebudayaan untuk memajukan kebudayaan daerah," ucapnya menegaskan.
Ia menambahkan penyusunan pokok-pokok pikiran kebudayaan dilakukan disbudpar dengan mengandeng Tim Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Dalam kegiatan juga menampilan nara sumber Komunitas Lidi Ridho Saiful dan Dosen IAI Sunan Giri M. Tsabiqul Fikri.(*)