Kediri (Antaranews Jatim) - Kementerian Perindustrian memberikan pelatihan pada santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, mengolah limbah plastik, sebagai bagian program santripreneur menumbuhkan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren.
"Jadi ini merupakan kegiatan terintegrasi, sehingga nantinya diharapkan para santri yang dididik langsung dapat mengolah limbah plastik menjadi barang yang bernilai ekonomi," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih di Kediri, Jumat.
Dalam acara itu, Kemenperin memberikan bimbingan teknis pengolahan limbah plastik. Acara bimtek tersebut merupakan tindak lanjut dari kegiatan fasilitasi mesin/peralatan pengolahan limbah plastik yang telah diberikan kepada Ponpes Hidayatulah Mubtadiin Lirboyo Kota Kediri.
Pelaksanaan bimtek di Ponpes Hidayatulah Mubtadiin Lirboyo tersebut berlangsung lima hari dari 30 April sampai dengan 4 Mei 2018, dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang santri. Dalam bimtek tersebut tidak hanya diajarkan tentang pengolahan limbah plastik, tapi juga diajarkan pembuatan pupuk organik dari limbah organik.
"Kami sangat yakin dengan waktu lima hari ini, para peserta sudah dapat menguasai ilmu yang diberikan oleh para instruktur. Oleh sebab itu kami berharap agar ilmu itu dapat diterapkan sehingga akan menjadi awal kebangkitan usaha para santri di Ponpes ini," kata Gati.
Sementara itu, Direktur IKM Kimia, Sandang, Aneka dan Kerajinan Kemenperin Ratna Utarianingrum mengatakan program santripreneur merupakan wadah untuk menjembatani santri-santri yang berwirausaha maupun pengusaha muslim dalam mengembangkan usahanya untuk lebih inovatif dan berdaya saing.
"Para santri ini bisa melakukan kegiatan ini kecara terus menerus, di samping akan menambah penghasilan juga akan menjadi pahlawan dalam mengatasi masalah sampah terutama sampah plastik yang selama ini terus menjadi permasalahan kita semua," kata dia.
Ia mengatakan, dengan program santripreneur tersebut, para santri baru dibimbing dan didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam berwirausaha terutama melalui peningkatan etos kerja, kreativitas, inovasi, produktivitas, kemampuan membuat keputusan, mengambil risiko, kerja sama yang saling menguntungkan dan dengan menerapkan etika bisnis.
Berdasarkan data dari Kementerian Agama Tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia tersebar di seluruh provinsi diperkirakan sebanyak 28.961 dengan total santri sekitar hampir 4 juta santri.
Dengan jumlah pondok pesantren dan santri yang cukup besar, Kemenperin memandang pondok pesantren memiliki potensi yang strategis untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional, salah satunya melalui penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pondok pesantren.
Program santripreneur telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, antara lain di Pondok Pesantren Sunan Drajat Kabupaten Lamongan dan Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri. Seiring pelaksanaan program santripreneur yang telah berjalan, Kemenperin memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren, yaitu model santri berindustri dan santri berkreasi. (*)