Surabaya (Antaranews Jatim) - Tingkat kunjungan kerja yang dilakukan beberapa pegawai dan pejabat pemerintah daerah maupun anggota DPRD ke Pemerintah Kota Surabaya telah berdampak terhadap perputaran ekonomi di Kota Pahlawan.
Pakar Statistik Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Brodjol Sutijo, di Surabaya, Jumat, mengatakan banyaknya tamu yang datang untuk menimba ilmu di Surabaya diawali ketika pemkot berhasil mendorong pembangunan di sektor ekonomi dan sektor yang lain yang kemudian bergerak secara bersama-sama atau "multiplier effect".
"Hal ini yang kemudian membuat para tamu menilai Surabaya layak dijadikan tempat pembelajaran," kata Brodjol.
Menurut Brodjol, hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Pemkot Surabaya untuk mengajak para tamu singgah mencicipi kuliner khas Surabaya dan berwisata ke tempat-tempat bersejarah.
"Secara otomatis, ini akan meningkatkan perekonomian warga dan Kota Surabaya sendiri," katanya.
Lebih lanjut, untuk mengetahui presentase para tamu selama di Surabaya, Brodjol bersama tim melakukan survei menggunakan tiga konsep variabel penelitian yaitu, tingkat kepuasan, kegiatan kedinasan dan kegiatan non kedinasan.
Menurut Brodjol rata-rata tamu undangan dari kabupaten atau kota yang melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Surabaya menyatakan puas dengan pelayanan yang telah disediakan.
"Tingkat kepuasaan di mal mencapai 32,74 persen, kondisi kerajinan khas Surabaya (UKM) sebesar 77,93 persen, kondisi hotel sebesar 69,60 persen dan keramahan pemkot saat menyambut tamu sebesar 56,61 persen," kata Brodjol.
Selain itu, lanjut dia, kunjungan tamu dinas ke Pemkot Surabaya yang paling banyak berasal dari DPRD sebesar 21 persen, Diskominfo 12 persen dan instansi pemerintahan sebesar 18 persen.
Sedangkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Surabaya yang paling banyak dikunjungi oleh para tamu adalah Diskominfo sebanyak 1.241 orang dan Dinas Kesehatan sebanyak 655 orang.
"Pada umumnya, para tamu lebih condong ke layanan publik dan teknologi informasi," katanya.
Sementara itu, kegiatan non-dinas yang paling banyak dikunjungi di antaranya, wisata kota tua sebanyak 40,08 persen, kuliner paling banyak disukai rawon sebesar 40,08 persen, gerai batik mirota sebanyak 38 persen dan Taman Bungkul sebesar 51 persen.
"Khusus Batik Mirota masih harus diperjelas, apakah produsennya dari Surabaya atau tidak? Kalau dari Surabaya tidak masalah, tetapi kalau bukan dari Surabaya perlu dibicarakan ulang," katanya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, total jumlah tamu dari seluruh Indonesia yang telah belajar ke Pemkot Surabaya terhitung mulai 4 Januari hingga 3 Desember 2017 sebanyak 19.581.
"Jawa sebesar 39,7 persen, Sumatera 20,5 persen, Sulawesi 15,4 persen, Kalimantan 9,6 persen, NTT 2,6 persen dan Bali 2,6 persen. Sisanya dari Papua, Kepulauan Riau dan Maluku," kata pria yang juga dosen fakultas Vokasi ITS tersebut.
Adapun prediksi yang dilakukan Brodjol bersama tim terkait jumlah uang yang dikeluarkan selama melakukan kunjungan kerja di Surabaya serta dampak perputaran perekonomian di Surabaya.
Dari 252 responden, total pengeluaran tamu diperkirakan Rp363.753.500, jika dihitung per orang, rata-rata pengeluaran tamu selama di Surabaya sebesar Rp. 1.443.446.
Kemudian estimasi pajak dan retribusi sebesar 10 persen dan estimasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kunjungan tamu 10 persen atau sebesar Rp745.261.495.
"Jika investasi atau pendanaan pembangunan 70 persen atau Rp521.935.047, maka ada kenaikan terhadap PAD sebesar 1,429," katanya.
Kabag Humas Pemkot Surabaya M. Fikser, di Surabaya, Jumat, mengatakan Pemkot Surabaya dengan mengajak para tamu untuk singgah ke stan-stan pelaku UKM, sentra PKL sekaligus mempromosikan tempat wisata yang ada di Kota Pahlawan.
"Jadi nanti, para tamu undangan sebelum atau sesudah studi banding dengan pemkot akan kami bawa ke tempat kuliner dan wisata yang ada di Surabaya. Kita akan terus lakukan peluang ini agar roda perekonomian mereka meningkat," katanya.
Menurut Fikser, peluang ini harus segera dilakukan karena sepanjang tahun 2017, total jumlah tamu yang datang ke Surabaya sebanyak 19.581 tamu. "Tentu ini memberikan dampak ekonomi yang luar biasa bagi Kota Surabaya dari segala lini," ujarnya.
Banyaknya jumlah tamu yang berkunjung ke Surabaya, kata dia, tidak hanya membawa keuntungan bagi pelaku UKM dan sentra PKL, namun tempat penginapan (hotel) dan mal turut merasakan dampaknya. Utamanya, para tamu yang berasal dari luar Jawa Timur.
"Sebesar 36 persen tamu paling banyak mengunjungi mal Tunjungan Plaza sedangkan tempat penginapan paling banyak di hotel Simpang Dukuh sekitar 7,14 persen," ujarnya. (*)