Pada Hari Minggu terakhir di bulan Januari, masyarakat internasional memperingatinya sebagai Hari Kusta se-dunia atau "Leprosy Day".
Kusta sendiri adalah penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan organ tubuh lainnya yang dapat menyebabkan kecacatan.
Selain itu, kusta merupakan kelainan kulit berupa bercak keputihan (seperti panu yang tidak gatal) atau kemerahan yang mati rasa dan penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi.
Penyakit ini dapat menular dari penderita kusta yang belum diobati ke orang sehat secara langsung melalui pernafasan, kontak kulit yang erat dan lama.
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Kusta adalah salah satu dari delapan penyaki terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia selain Filaria, Frambusia, Dengue, Helminthiasis, Schistosomiasis, Rabies dan Taeniasis.
Hingga saat ini, kusta di Indonesia masih susah ditangani salah satunya karena sulitnya mencari penderita kusta. Masalah kusta sendiri masih sarat dengan stigma. Masyarakat sering menganggap kusta sebagai kutukan guna-guna atau kutukan sehingga kurang terbuka.
Adanya anggapan tersebut, kesadaran masyarakat untuk mendeteksi secara dini kusta dan aktif menanggulanginya bisa dibilang sangatlah rendah.
Dengan stigma yang terlanjur melekat di kalangan masyarat, perlu campur tangan yang lebih dalam dari pemerintah untuk turun lebih ke masyarakat dalam menyosialisasikan penyakit kusta, cara penanggulangannya.
Selain itu, masyarakat atau generasi muda yang paham, wajib membantu pemerintah dalam menyosialisasikan penyakit ini, terutama di lingkungannya meluruskan opini yang salah akan penyakit tersebut.
Mari merubah stigma. Kusta bisa sembuh dengan syarat diobati secara rutin dan teratur.(*)