Pacitan (Antara Jatim) - Mayoritas nelayan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, memilih menghentikan aktivitas melaut sejak terjadinya badai siklon tropis yang memicu banjir bandang dan tanah longsor di wilayah tersebut, sepekan lalu.
Pantauan lapangan di Pelabuhan Perikanan Indonesia Tamperan, Selasa, nyaris tak ada kapal yang keluar dari area kolam labuh.
Aktivitas penurunan ikan ataupun jual-beli hasil tangkapan laut di tempat pelelangan ikan yang berhadapan persis dengan kolam labuh utama juga tidak ada.
Akibatnya, sejumlah warga atau pedagang yang datang ke PPI Tamperan sekedar mencari dagangan ikan ataupun untuk lauk pribadi, kecele karena tak satupun nelayan yang menjual ikan.
"Kita nelayan tahu cuaca belum menentu. Rawan jika memaksa melaut," kata Andi Saifudin, nelayan asal Jawa Barat yang bekerja di kapal ikan PPI Tamperan sebagai teknisi.
Menurut dia, kalaupun ada kapal yang berani keluar dan berburu ikan biasanya tidak jauh dari garis batas pantai.
Kendati cuaca sudah tidak se-ekstrem beberapa hari sebelumnya saat badai Siklon Tropis melanda wilayah pesisir selatan Jawa pada Senin (27/12) hingga Selasa (28/11), ketinggian ombak masih membahayakan untuk pergerakan kapal.
"Kalau duit nanti masih bisa dicari, nyawa tidak ada gantinya," kata Said, panggilan Andi Saifudin ini.
Apalagi, kata dia, kebanyakan kapal dari pesisir Pacitan, khususnya yang stand by di PPI Tamperan terbiasa melaut berhari-hari.
Dengan kondisi ombak yang masih di kisaran empat meter, kata nelayan lain, risiko kecelakaan di laut sangat besar.
Belum lagi sediaan bahan bakar yang menjadi lebih banyak dan potensi tangkapan ikan yang tidak menjanjikan.
"Sebagian nelayan sini juga masih kena musibah banjir bandang dan tanah longsor kemarin, sehingga belum bisa melaut. Tapi yang jelas cuaca belum mendukung, bahkan hingga beberapa pekan ke depan," kata Budi, nelayan lainnya. (*)