"Tragedi pada etnis Rohingnya di Myanmar, sebetulnya bukan masalah antaragama namun masalah kemanusiaan yakni pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dari berbagai masalah yang kompleks," katanya pada acara Rapat Koordinasi dan Silaturahmi Antarumat Beragama, di Maha Vihara Majapahit Trowulan, Jawa Timur, Selasa.
Ia mengemukakan, konflik di Rohingya kemudian diprovokasi dan berkembang menjadi isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA).
"Padahal semua agama mengajarkan cinta damai terhadap sesama. Saya minta agar kita semua tidak mudah terpancing ujaran kebencian atau berita hoax yang bertebaran di media sosial yang belum tentu kebenarannya," katanya.
Wakil bupati yang juga sebagai Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), mengajak semuanya untuk bersyukur karena memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai penguat persatuan.
"Oleh karenanya aparat pemerintah maupun pengurus FKUB beserta segenap elemen masyarakat untuk senantiasa memperkuat persatuan," katanya.
Ia mengatakan, sudah menjadi tugas bersama untuk meredam gejolak, apalagi sungguh beruntung tinggal di Indonesia dimana dipersatukan oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika.
"Apalagi jika melihat Suriah, Irak dan Palestina selalu dilanda perang dan membatasi aktivitas ibadah," ujarnya.
Dirinya juga mengapresiasi kepada seluruh Pengurus Dewan Penasehat FKUB dan Pengurus FKUB yang sudah berpartisipasi aktif, dalam membangun kerukunan umat beragama di Kabupaten Mojokerto.
"Saya mengapresiasi Pengurus Dewan Penasehat FKUB dan Pengurus FKUB karena berpartisipasi aktif dalam membangun kerukunan umat beragama. Kita berdoa semoga Kabupaten Mojokerto senantiasa aman, damai dan sejahtera," ujarnya. (*)