Addis Ababa (Antara) - Bentrokan di sepanjang perbatasan Oromiya, Ethiopia, dengan Somalia mengakibatkan 50.000 orang mengungsi, kata pejabat tinggi setempat pada Minggu (17/9).
Juru Bicara dari dua wilayah tersebut mengatakan kepada saluran berita setempat pada awal pekan ini bahwa sedikitnya 50 orang tewas. Masing-masing pihak saling menyalahkan.
Lema Megersa, presiden provinsi Oromiya, mengatakan kepada wartawan setempat pada Minggu bahwa bentrokan bukan hanya menyebabkan korban tewas, namun juga lebih dari 50.000 orang mengungsi.
"Yang bertanggung jawab juga harus diadili," tambahnya. Namun, dia tidak memberikan keterangan mengenai jumlah korban tewas.
Kawasan ini dilanda bentrokan sporadis selama beberapa dasawarsa belakangan. Referendum pada 2004 untuk menentukan masalah sengketa permukiman gagal meredakan ketegangan.
Kerusuhan pada 2015 dan 2016 di Oromiya, dan daerah lainnya dengan tingkat yang lebih rendah, menewaskan 669 orang, menurut sebuah penyelidikan yang diamanatkan parlemen.
Bentrokan tersebut kemungkinan akan memicu kekhawatiran lebih lanjut terkait keamanan di Ethiopia.
Setiap pihak memberikan penjelasan yang berlawanan tentang penyebab bentrokan. Beberapa pejabat di Oromiya mengatakan bahwa bentrokan tersebut dipicu oleh pembunuhan seorang kepala distrik setempat dan penggerebekan oleh pasukan paramiliter dari wilayah Somalia.
Pejabat dari wilayah Somalia menolak pernyataan tersebut. Lima puluh warga suku Somalia tewas di kota Aweday, Oromiya, pada Selasa, kata juru bicara wilayah Somalia kepada media setempat pada Jumat. Media asing tidak diijinkan mengikuti pertemuan tersebut, demikian Reuters. (*)