Surabaya (Antara Jatim) - Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ahmad Syafiq mengatakan pemahaman para guru di Indonesia terkait gizi seimbang masih minim atau sekitar 25 persen dari total nasional.
"Kami temukan pengetahuan guru-guru terkait pemahaman gizi seimbang masih rendah. Makanya kami coba latih guru-guru supaya menyebarkanluaskan ke guru lain supaya ada penyebarluasan sosialisasi dari pengetahuan gizi," kata Syafiq di Surabaya, Selasa.
Syafiq dalam acara "Training of Trainers" (ToT) 270 guru SD Surabaya yang digelar dengan kerja sama perusahaan susu PT Frisian Flag Indonesia (FFI) mengaku berupaya meningkatkan pemahaman gizi seimbang kepada para guru dan murid.
Ia mengatakan, upaya yang juga didukung Dinas Pendidikan Kota Surabaya tersebut, menjadi rangkaian kegiatan Gerakan Nusantara seputar Pedoman Gizi Seimbang (PGS), pola hidup sehat dan aktif, dan kebaikan susu bagi tubuh.
Ia menyebut, data status gizi anak umur 5-12 tahun secara nasional masih menunjukan angka prevalensi tinggi, dengan prevalensi pendek tercatat 30,7 persen, prevalensi kurus 11,2 persen, dan prevalensi gemuk 18,8 persen.
Sementara untuk Jatim, Syafiq mengaku data status gizi anak umur 5-12 tahun menempatkan provinsi tersebut ke dalam daftar 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk di atas prevalensi nasional.
"Surabaya sendiri memiliki angka prevalensi pendek sebesar 12,7 persen dan angka prevalensi gemuk sebesar 10,2 persen," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, penyebarluasan pemahaman gizi seimbang kepada guru-guru sangat penting agar pemahaman terkait gizi seimbang bisa meningkat jumlahnya.
"Setelah acara ini, kami harapkan bisa meningkat menjadi 70 persen. , dan prinsip utama gizi seimbang tidak lebih dan tidak kurang, jadi orang harus pas sesuai dengan kebutuhan," katanya.
Ia menyebut, ada empat pilar gizi seimbang, bukan hanya masalah makanan tapi juga perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan berat badan normal.(*)