Pamekasan (Antara Jatim) - Sebagian Pondok Pesantren di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur kini mulai mengembangkan entrepreneurship berbasis experiential learning (belajar berbasis pengalaman langsung) sebagai upaya untuk menopang kegiatan ekonomi di lembaga itu.
"Ada dua pesantren di Madura ini yang mulai fokus mengembangkan pendidikan dan praktik enterpreneurship, yakni Pesantran Al-Amien di Sumenep dan Pesantren Darul Ulum Banyuanyar," kata Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatut Tullab Dr Moh Wardi di Pamekasan, Senin.
Dalam diskusi yang digelar komunitas "Sakancaan Kahmi Muda Madura" di Pamekasan, Senin malam, Wardi menuturkan, hasil penelitian akademiknya di dua pesantren itu.
Ia menjelaskan, berdasarkan hasil penelitian, bentuk kegiatan entrepreneurship di Pesantren Al-Amien yang telah berjalan saat ini berupa air minum Bariklana, Pabrik tahu/tempe, Unit Kesejahteraan Keluarga (UKK), Unit Wartel, dan Toko bangunan.
Sedangkan kegiatan entrepreneurship di Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan berupa, produksi air minum Nuri, Pabrik es batu, pertokoan, Dapur umum, pangkas rambut, dan Koperasi Syari’ah Nuri (KSN).
Motivasi entrepreneurship di pesantren adalah motivasi vertikal, yaitu niat ibadah dan motivasi horisontal yaitu pengabdian (ngabuleh/ dalam bahasa Madura) kepada kiai, pesantren, dan masyarakat, guna meningkatkan perekonomian, mencapai kemandirian lembaga, serta menghindari ketergantungan pada bantuan dan subsidi pemerintah.
Model pengembangan entrepreneurship berbasis Experiential Learning (belajar berbasis pengalaman langsung) meliputi, praktik kerja industri (prakerin) "rihlah iqtishadiyah, reward baketram, “ngabuleh/ khaddam”(pembantu/pelayan kiai).
"Ada peran ganda kegiatan enterpreneurship di pesanten, yakni sebagai usaha kegiatan ekonomi sekaligus sebagai bentuk pengabdian terhadap pengasuh dan lembaga pesantren," kata Wardi menerangkan.
Prilaku inspiratif kiai dengan peran ganda sebagai pelaku bisnis dan pengasuh pesantren, dengan slogan "Kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas" menyebabkan terbangunnya kekuatan terintegratif antara usaha dan amal prilaku.
"Dengan demikian, kontribusi entrepreneurship kepada lembaga pendidikan sebagai penunjang kebutuhan operasional lembaga, dan kemandirian pesantren, terbangun secara berkesinambungan," katanya, menambahkan.
Kepada siswa/santri sebagai wahana belajar, praktik enterpreneurship bisa menumbuhkan sikap, jiwa dan mental produsen. Demikian juga, kontribusi kepada alumni sebagai wadah mobilisasi sosial seperti Ikatan Keluarga Besar Alumni Al-Amien (IKBAL) dan Persatuan Alumni Darul Ulum Banyuanyar (PERADABAN).
Moh Wardi menuturkan, latar belakang penelitian tentang enterpreneurship itu antara lain, karena fenomena meningkatnya jumlah angka pengangguran, ketersediaan dan kesempatan lapangan kerja, serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, pemenuhan infrastruktur sarana dan prasarana yang dapat menunjang kebutuhan operasional lembaga, stabilitas keuangan, ketahanan dan kemandirian finansial pesantren, serta penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang relevan.
Selama ini, pesantren sering dikonotasikan sebagai lembaga yang hanya bisa menerima sumbangan dari masyarakat, tanpa adanya usaha mandiri. "Ternyata anggaran itu terbantahkan, karena sudah ada pesantren yang mulai bergerak di bidang usaha pemberdayaan ekonomi dan entrepreneurship sebagai di Al-Amien dan Darul Ulum itu," ungkap Wardi.
"Bisa jadi, pada saatnya nanti pesantren justru akan menjadi kekuatan ekonomi masa bangsa ini, karena landasan usaha yang menjasari kegiatan tidak semata-mata untuk keuntungan semata, akan tetapi juga didasari pada niat ibadah dan mengabdi untuk kepentingan lembaga," kata Warga yang juga mantak Ketua Bidang Pembinaan Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan ini.
Diskusi bertajuk "Pengembangan Enterpreneurhsip Berbasis Experiential Learning di Pondok Pesantren" oleh komunitas "Sakancaan Kahmi Muda Madura" di Pamekasan, Senin (22/5) malam itu membedah disertase hasil pelitian Dr Moh Wardi tentang praktik enterpreneurship di pesantren di Pulau Madura yang telah lulus pada sidang terbuka pada 15 Mei 2017. (*)