Blitar (Antara Jatim) - Komunitas pecinta benda pusaka yang tergabung dalam Paguyuban Panji Blitar, menginginkan agar para pemuda juga belajar mengenal sejarah, sehingga bisa memahami warisan leluhur.
"Kami ingin ke depan akan lebih lestari dan jaya. Masyarakat juga tahu tentang budayanya," kata Nurjiyanto, panitia pameran benda pusaka di area makam mantan Presiden Indonesia, Soekarno, di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur, Minggu.
Ia mengatakan, pameran itu sengaja diadakan, sebagai upaya memberikan edukasi, pengetahuan pada generasi yang akan datang. Ia ingin agar peninggalan budaya, sejarah di Indonesia ini tetap lestari.
"Tujuan acara ini, kami ingin beri pengetahuan pada pada generasi yang akan mendatang, dan mereka pun tetap bisa membumikan, melestarikan," katanya.
Sementara itu, Aldo, salah seorang peserta kegiatan itu mengaku ia membawa sekitar 80 benda pusaka, salah satu di antaranya berupa keris. Benda itu juga berasal dari berbagai zaman, misalnya Kerajaan Singosari, Mopopahit, hingga Mataram.
Ia pun menyebut, benda pusaka itu sekaligus bisa diganti dengan mahar. Nominalnya bervariasi, tergantung dari asal keris tersebut.
"Harganya bervariasi tergantung kualitas dan umurnya. Paling murah Rp1 juta dan yang paling mahal hingga Rp30 juta," katanya.
Acara pameran benda pusaka ini digelar di area makam mantan Presiden Soekarno, di Kota Blitar, 12-14 Mei 2017. Kegiatan ini diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia, dengan ribuan benda pusaka.
Benda pusaka itu, selain keris juga terdapat tombak, dan beragam benda lainnya. Keris itu misalnya Kiai Sengkelat dan Singo Barong, Nogososro sabuk inten yang bertahtakan emas dan intan, serta sejumlah nama keris lainnya.
Kegiatan ini juga menarik minat pengunjung. Selain dari Blitar, juga terdapat beragam kota lainnya. Mereka tertarik melihat benda pusaka tersebut.
Terlebih lagi, kegiatan ini diselenggarakan di area makam Bung Karno, yang selalu ramai dikunjungi oleh peziarah. Selain berziarah, mereka juga ingin melihat pameran peninggalan leluhur tersebut. (*)