Tulungagung (Antara Jatim) - Sejumlah sarjana dan mahasiswa di Desa Bangoan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengembangkan sistem pembelajaran mandiri diberi nama "Kampung Matematika" untuk melatih dan mendidik kemampuan berhitung siswa-siswi SD di daerah itu sehingga di sekolah berprestasi.
Kepala Desa Bangoan, Kecamatan Kedungwaru Siswandi, Sabtu menuturkan program kampung matematika yang disubsidi menggunakan anggaran dana desa tersebut telah berjalan tuga tahun dengan konsep pemberdayaan remaja karang taruna desa.
"Meski disubsidi menggunakan dana desa, dulu awal pembelajaran pakai dana kas desa, pelibatan kader karang taruna dalam program kampung matematika bersifat sukarelawan," katanya.
Menurut Siswandi, anggaran dana desa yang selama ini dialokasi lebih banyak untuk melengkapi sarana pendukung rumah belajar sementara honor belum ada.
"Insentifnya sebatas penghargaan yang nominalnya masih sangat minim, itupun sebagian dari donatur tidak tetap termasuk sebagian perangkat," katanya.
Peserta sistem pembelajaran informal kampung matematika di Desa Bangoan saat ini mencapai 280-an siswa, mulai dari kelas I-VI SD.
Jumlah itu jauh meningkat dibanding awal penyelenggaraan kursus gratis matematika program kampung matematika pada 2014/2015 yang di bawah 100-an siswa SD.
Menurut keterangan Siswandi, para peserta pembelajaran tersebar di tujuh rumah belajar warga, dengan jumlah relawan pendidik sebanyak 24 mahasiswa dan sarjana desa.
Untuk siswa kelas I-V pembelajaran di sebar di tujuh rumah belajar tersebut, sementara khusus untuk siswa kelas VI yang akan menghadapi ujian nasional diberi pembelajaran intensif matematika, melibatkan kader karang taruna didampingi pembimbing profesional dari lembaga pendidikan yang ditunjuk.
Program belajar dilakukan setiap hari aktif, pada sore dan petang hari mulai Senin-Jumat. Penyelenggaraan program belajar itu bergantian antarrumah belajar, kecuali pada Jumat yang disepakati sebagai jadwal "mengaji matematika" serentak mulai pukul 14.00 WIB hingga selesai.
"Perlakuan untuk siswa kelas VI khusus dan dipusatkan di balai desa karena mereka akan menghadapi UN, sekitar pertengahan Mei ini. Kami ingin hasil yang dicapai anak-anak optimal dan bisa masuk sekolah favorit," ujarnya.
Tidak sedikit, Siswandi mengatakan setiap tahun Desa Bangoan mengalokasikan dana kas dan anggaran DD sebesar Rp35 juta, dengan rincian operasional Rp14 juta untuk pembimbingan intensif siswa kelas VI, Rp16 juta untuk pengembangan program rumah belajar dan Rp5 juta untuk peningkatan sarana pendukung.
"Inspirasi program kampung matematika ini dulu adalah supaya anak-anak Desa Bangoan lebih kompetitif, berprestasi dalam hal pendidikan, serta bisa diterima di sekolah favorit di Tulungagung, terutama di SMPN 3 Kedungwaru yang kebetulan lokasinya di Desa Bangoan ini," ujar Siswandi yang istrinya mengajar di SMPN 3 Bangoan itu.
Ia mengklaim program kampung matematika gratis sukses merangsang belajar-mengajar generasi muda Desa Bangoan, sehingga prosentase siswa SD Bangoan yang diterima di SMPN 3 Kedungwaru maupun sekolah favorit lain terus meningkat.
"Belajarnya seperti mengaji saja. Jadi semua dibuat 'enjoy', kadang sambil bermain supaya anak-anak atau peserta pembelajaran merasa senyaman mungkin mengikuti program, karena kadang kelasnya dicampur," tutur Galih Hendra Setiawan.
Selain berisi materi pembelajaran berhitung secara cepat, para tutor dari relawan karang taruna di rumah belajar-rumah belajar juga melayani jasa konsultasi pekerjaan rumah pelajaran matematika untuk dipecahkan melalui sesi diskusi bersama.
"Untuk pelaksanaannya tidak banyak kendala, karena selain materi pelajarannya adalah matematika dasar yang mudah dikuasai, kami para tutor rumah belajar juga telah dibekali melalui program diklat mengajar matematika yang difasilitasi pemerintah desa bekerjasama dengan lembaga mart master," kata Galih yang masih duduk di bangku kuliah semeseter VI Jurusan Hukum, IAIN Tulungagung itu.(*)
Desa di Tulungagung Kembangkan Kampung Matematika Mandiri
Sabtu, 6 Mei 2017 21:08 WIB
"Perlakuan untuk siswa kelas VI khusus dan dipusatkan di balai desa karena mereka akan menghadapi UN, sekitar pertengahan Mei ini. Kami ingin hasil yang dicapai anak-anak optimal dan bisa masuk sekolah favorit," ujarnya.