Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumenep mencatat kabupaten tersebut mengalami deflasi pada Agustus 2016 sebesar 0,43 persen, melampaui deflasi di tingkat Jawa Timur sebesar 0,05 persen maupun Nasional sebesar 0,02 persen.
"Tiga dari tujuh kelompok pengeluaran di Sumenep memang mengalami deflasi pada Agustus 2016," kata Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Jumat.
Tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 1,52 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,12 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,47 persen.
Sementara empat kelompok pengeluaran lainnya mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,22 persen; kelompok sandang sebesar 0,17 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,05 persen.
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi di Sumenep, di antaranya angkutan antarkota, gula pasir, daging ayam kampung, daging sapi, dan bawang putih," kata Suparno, menerangkan.
Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi, di antaranya bayam, minyak goreng, cabai rawit, sepeda, dan emas perhiasan.
Sesuai data di BPS Sumenep, tujuh dari delapan kota/kabupaten yang menjadi lokasi survei indeks harga konsumen pada Agustus 2016 mengalami deflasi dan satu lainnya inflasi.
Tujuh daerah yang mengalami deflasi adalah Sumenep sebesar 0,43 persen, Jember 0,30 persen, Banyuwangi 0,14 persen, Kediri 0,57 persen, Malang 0,03 persen, Probolinggo 0,20 persen, dan Madiun 0,52 persen.
Sementara Surabaya mengalami inflasi pada Agustus 2016 sebesar 0,10 persen. (*)