Bojonegoro (Antara Jatim)- PMI Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, berencana mengembangkan pola pelatihan warga menghadapi banjir Bengawan Solo, juga banjir bandang berbasis masyarakat yang menjadi program Federasi Palang Merah Internasional.
"Kalau memang program menghadapi banjir berbasis masyarakat di tiga desa yang menjadi program Federasi Palang Merah Internasional sudah selesai, maka akan dikembangkan ke desa lainnya," kata Sekretaris PMI Kabupaten Bojonegoro Sukoha Widodo, di Bojonegoro, Sabtu.
Oleh karena itu, menurut dia, program menghadapi banjir berbasis masyarakat di Desa Tulungrejo, Trucuk, dan Sumbangtimun, Kecamatan Trucuk, akan dilakukan evaluasi setelah selesai akhir 2016.
"Evaluasi dilakukan untuk menyempurnakan program selanjutnya," tandasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan program menghadapi banjir Bengawan Solo berbasis masyarakat di tiga desa itu sudah berjalan sejak dua tahun lalu.
Program itu merupakan program Federasi Palang Merah Internasional bekerja sama dengan sebuah asuransi di Swiss.
Menurut dia, kalau memang program pelatihan menghadapi banjir berbasis masyarakat dikembangkan ke desa lainnya maka alokasi anggarannya tidak lagi didanai Federasi Palang Merah Internasional.
"Pendanaannya bisa melalui APBD atau melalui anggaran di desa," ucapnya.
Yang jelas, katanya, warga di tiga desa di Kecamatan Trucuk, yaitu Desa Trucuk, Tulungrejo dan Sumbangtimun, akan mampu secara mandiri dalam menghadapi banjir Bengawan Solo.
Ia menyebutkan program pelatihan diikuti 30 warga di masing-masing desa tidak hanya teori tapi juga melakukan berbagai langkah-langkah dalam menghadapi banjir.
Ia mencontohkan di Desa Tulungrejo, warga sudah membangun lokasi pengungsian di tanah lapang dengan ukuran 11X30 meter setinggi dua meter.
Masih di desa setempat warga juga mengamankan tebing Bengawan Solo yang longsor sepanjang 500 meter dengan menancapkan bambu.
"Besarnya alokasi dana pelatihan masing-masing desa sekitar Rp750 juta," tandasnya.
Ketua RT 14 Desa Tulungrejo, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro Pudjo, menjelaskan program pengamanan tebing Bengawan Solo di desanya yang longsor sepanjang 500 meter dengan cara memberi bambu dilakukan dengan mengerahkan 15 warga.
"Kebutuhan bambu sekitar empat truk," ucapnya.
Ia optimistis cara pengamanan tebing Bengawan Solo yang longsor di desanya itu membuahkan hasil sepanjang selalu diulang setiap tahunnya. "Setiap tahun usai banjir harus diberi lagi bambu," ucapnya. (*)
PMI Bojonegoro Berencana Kembangkan Pelatihan Hadapi Banjir
Sabtu, 13 Agustus 2016 13:51 WIB
"Kalau memang program menghadapi banjir berbasis masyarakat di tiga desa yang menjadi program Federasi Palang Merah Internasional sudah selesai, maka akan dikembangkan ke desa lainnya," kata Sekretaris PMI Kabupaten Bojonegoro Sukoha Widodo, di Bojonegoro, Sabtu.