Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, membidik ceruk pasar baru di industri pariwisata, yaitu wisata minat khusus, penggemar petualangan, penggemar sepeda, selancar layang dan turisme halal.
"Kami tidak mungkin bersaing dengan kota besar atau kota yang lebih maju sebelumnya yang banyak mengandalkan wisata buatan. Positioning yang dibangun harus jelas dan beda. Maka kami fokus ke special interest tourism," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat dihubungi dari Banyuwangi, Kamis.
Anas baru saja menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepariwisataan bertema "Sinergi Pusat dan Daerah Menuju 12 Juta Wisman dan 260 Juta Wisatawan Nusantara Tahun 2016" di Jakarta. Rakornas itu diikuti oleh seluruh pemerintah daerah dan kementerian terkait.
Menurut Anas, tumpuan kinerja pariwisata nasional ada di daerah. Oleh karena itu, daerah dituntut kreatif mengemas pemasaran wisatanya. Pemasaran itu bukan asal membuat konsep, tapi harus berbasis pada karakter dan potensi daerah.
"Harus membidik ceruk pasar baru, jangan semua ikut-ikutan. Misalnya Banyuwangi yang mencoba menggarap pasar yang selama ini jarang digarap tapi potensinya besar, seperti wisata untuk penggemar petualangan," ujarnya.
Ia mengatakan, wisata berkonsep petualangan yang dikembangkan Banyuwangi sesuai dengan karakteristik alam dan budaya yang dimiliki kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut. Banyuwangi memiliki tiga taman nasional, garis pantai terpanjang di Jawa Timur, pegunungan, pesona bawah laut, dan kekayaan budaya.
"Wisata petualangan adalah 'niche market', pasar yang spesifik dengan potensi besar. Berdasarkan data UNWTO (Badan PBB untuk Pariwisata), perputaran uang wisata petualangan mencapai 263 miliar Dolar AS. Belanja turis yang menyukai petualangan mencapai hampir 1.000 Dolar AS per perjalanan," ujar Anas.
Ia juga mencontohkan wisata bersepeda yang banyak dikembangkan di Banyuwangi melalui ajang turisme berbasis olahraga. Di Irlandia, misalnya, 170.000 wisman bersepeda di sana tiap tahun dengan belanja 200 juta Euro. Di Uni Eropa ada 2,2 miliar perjalanan bersepeda dengan nilai belanja 44 miliar Euro.
"Banyuwangi mengenalkan destinasi yang bisa dipakai trek bersepeda dengan International Tour de Banyuwangi Ijen yang tahun ini diikuti 29 negara pada Mei mendatang. Jadi mengembangkan wisata harus jelas target dan alasan pasarnya, tidak asal bikin event,"ujarnya.
Di bidang selancar layang (kiteboarding), lanjut Anas, Banyuwangi mengembangkan Pulau Tabuhan sebagai destinasi unggulan. Angin di pantai yang ada di pulau yang berjarak tak lebih dari 45 menit dari Kota Banyuwangi itu sangat pas untuk berselancar layang. Pantai yang bersih dengan air jernih dan kekayaan biota laut menambah eksotisme Pulau Tabuhan.
"Pasar kiteboarding cukup besar. Di dunia ada 1,5 juta pemain kiteboarding dengan nilai belanja setahun 321 juta dolar AS berdasarkan data International Kiteboarding Association. Kami sekarang mengincar mereka yang selama ini berselancar layang di Bali agar pindah ke Banyuwangi," tutur Anas.
Ia juga menyampaikan bahwa pasar besar juga ada pada segmen halal tourism. Saat ini populasi Muslim mencapai 1,8 miliar orang. Belanja wisatawan Muslim mencapai 142 miliar Dolar AS.
"Turisme halal ini soal lifestyle. Di Banyuwangi kami dorong ini jalan, bagaimana agen travel membikin paket dengan memasukkan jadwal salat lima waktu di masjid-masjid tua, dan sebagainya," kata Anas. (*)
Banyuwangi Incar Ceruk Pasar Wisata Minat Khusus
Kamis, 28 April 2016 16:03 WIB