Kediri (Antara Jatim) -
Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Kediri, Jawa Timur,
gagal merealisasikan target penyerapan gabah sebesar 55 ribu ton pada
2015."Sebenarnya 2015 targetnya 55 ribu ton, tapi yang tercapai 32 ribu ton, jadi belum 100 persen," kata Kepala Bulog Subdivre Kediri Wahyu Sutanto di Kediri, Selasa.
Ia mengakui, salah satu masalah yang menjadi kendala dalam kurang maksimalnya penyerapan gabah itu adalah soal lambatnya keputusan soal Inpres baru terkait harga pembelian pemerintah (HPP), yaitu Nomor 5 Tahun 2015. Inpres itu keluar pada 17 Maret 2015, padahal saat itu sejumlah daerah sudah hampir selesai panen raya.
Dalam Inpres itu, sebenarnya harga yang diterapkan cukup bagus. Sesuai Inpres, HPP beras yang sebelumnya Rp6.600 kini menjadi Rp7.300 per kilogram. HPP gabah kering giling naik dari Rp4.200 menjadi Rp4.650 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering panen juga meningkat dari sebelumnya Rp3.300 menjadi Rp3.700 per kilogram.
"Harapan kami, ini tidak terulang lagi. Inpres bisa turun di awal, sebelum panen, sehingga bisa secepatnya pengadaan," ujarnya.
Walaupun gagal memenuhi target, Wahyu menegaskan stok yang ada di gudang masih mencukupi untuk kebutuhan logistik, terutama untuk penyaluran raskin. Saat ini, stok yang ada mencapai 15 ribu ton, dan itu mencukupi sampai lima bulan ke depan.
Di wilayah Bulog Kediri, terdapat tiga daerah yang menjadi daerahnya yang meliputi Kabupten/Kota Kediri serta Kabupaten Nganjuk. Setiap bulan, ada sekitar 3.000 ton yang dikeluarkan untuk keperluan penyaluran raskin yang diberikan pada warga di tiga daerah itu.
Untuk saat ini, ia mengaku masih menunggu keputusan Presiden soal HPP terbaru. Sambil menuunggu keputusan tersebut, Bulog Kediri sudah mulai melakukan koordinasi dengan seluruh mitra, untuk persiapan panen raya yang akan berlangsung sekitar Maret.
Ia pun mengaku pada 2016 ini target penyerapan gabah juga sama dengan target pada 2015, yaitu 55 ribu ton. Walaupun pada 2015 gagal terpenuhi, Wahyu mengaku tetap optimistis target pada 2016 bisa maksimal terserap.
"Kami tetap optimistis target bisa terserap. Untuk itu, kami juga terus kooridinasi dengan para mitra kerja untuk persiapan pembelian gabah," pungkas Wahyu. (*)