Surabaya (Antara Jatim) - Wakil Ketua Umum PBNU As'ad Ali Said menyatakan kesiapannya untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PBNU 2015-2020 dalam Muktamar Ke-33 NU di Jombang, 1-5 Agustus mendatang.
"Awalnya, saya bilang Kiai Said Aqil (Ketua Umum PBNU saat ini) untuk tidak maju, tapi setelah sowan (silaturrahmi) kepada beberapa kiai, ternyata banyak yang minta agar saya maju saja. Akhirnya saya maju, tapi saya sudah pamit Kiai Said Aqil," katanya di hadapan pengurus cabang NU se-Jatim di Surabaya, Sabtu.
Dalam Silaturrahim PCNU se-Jatim, mantan Wakil Kepala BIN itu mengaku sudah melakukan silaturrahmi dengan pengurus cabang NU di luar Jawa, seperti Aceh, Sulawesi, dan Kalimantan.
"Silaturrahmi di Jatim ini yang terakhir, lalu pulang, tapi saya akan singgah ke Jawa Tengah untuk bersilaturrahmi dengan PCNU se-Jateng dan akhirnya kembali ke Jakarta," ujarnya.
Di hadapan pengurus cabang NU se-Jatim, As'ad menjanjikan tiga program perbaikan NU ke depan jika dirinya terpilih mebjadi Ketua Umum PBNU.
"Ada revitalisasi kelembagaan NU, membangun kemandirian NU, dan revitalisasi peran NU. Saat ini peran NU masih lemah. Secara politik, misalnya, NU belum kuat, hanya cukup puas diberi menteri-menteri pinggiran," ucapnya.
Ditanya Ketua PCNU Sidoarjo KH Abdi Manaf terkait kemungkinan As'ad maju dalam pencalonan Ketua Umum PBNU karena tidak jadi ditunjuk menjadi Kepala BIN, ia melakukan klarifikasi terkait hal itu.
"Saat saya bertemu Presiden Jokowi, saya hanya diminta saran siapa yang pantas jadi Kepala BIN, bukan saya mengajukan diri atau ditawari presiden, jadi mis-informasi," katanya.
Dalam silaturrahmi yang dihadiri 39 dari 42 pengurus cabang NU se-Jatim itu, tampak hadir juga Wakil Sekjen PBNU Abdul Mun'im DZ dan Ketua LAZIZNU Masyhuri Malik.
Sementara itu, Koordinator Santri Nusantara, Deni Mahmud Fauzi, berpendapat sistem pemilihan melalui model AHWA (ahlul halli wal aqdy/pemilihan secara tidak langsung atau musyawarah) dalam menentukan Rais Aam PBNU harus tetap dilaksanakan.
"Sistem AHWA paling ideal bila melihat kondisi NU saat ini. Konsep AHWA seharusnya dapat dilaksanakan dalam Muktamar kali ini, karena sudah ideal melihat kondisi NU saat ini," ujarnya.
Ditanya mengenai siapa yang layak untuk mengemban amanah sebagai Rais Aam PBNU, Deni menyerahkan sepenuhnya kepada para kiai yang akan menjadi anggota AHWA.
"Para kiai sepuh NU jauh lebih arif dalam menentukan siapa nantinya Rais Aam PBNU, kita manut (ikut apa kata) kiai-lah," katanya.
Namun, Deni berharap Rais Aam PBNU ke depan jangan sampai dipegang oleh orang-orang yang tamak jabatan, terlebih bukan mereka yang sudah menyandang jabatan politis. "Kita sama-sama tahu, siapa beliau itu," katanya. (*)