Surabaya (Antara Jatim) - Puluhan pedagang Pasar Tunjungan Kota Surabaya akan direlokasi ke pasar Tambakrejo menyusul adanya revitalisasi pasar yang akan dimulai pada September mendatang.
"Kami targetkan pengosongan bangunan sekitar September mendatang. Saat ini kami sudah mulai sosialisasi ke para penghuni stan yang ada disana. Setelah pengosongan, baru pada November kami akan lakukan pembongkaran," kata Plt Direktur Utama PD Pasar Surya, Bambang Parikesit di Surabaya, Minggu.
Menurut dia, Pasar Tunjungan ini dihuni sebanyak 101 pemilik stan. Dari jumlah itu, yang aktif beroperasi hanya sebanyak 44 stan. Sebagian stan yang beroperasi ini ada yang digunakan sebagai ruang perkantoran dan sebagian lagi untuk bisnis konveksi.
"Ketika pengosongan dan pembongkaran, para pemilik stan ini akan kami pindahkan ke Pasar Tambakrejo. Di pasar ini masih banyak sekali ruang stan yang tersedia. Nanti akan kami siapkan stan sejumlah stan yang kami kosongkan," ujarnya.
Ia memperkirakan, nilai investasi guna membangun kembali (revitalisasi) Pasar Tunjungan mencapai Rp170 miliar. Sejauh ini, PD Pasar belum memutuskan konsep bangunan tersebut. Tapi yang pasti, lanjut dia, pasar ini akan tetap akan menampung para pelaku usaha kecil, sebagian lagi akan digunakan untuk sektor komersial.
Bambang mengatakan dana pembangunan untuk revitalisasi pasar yang berada di Jalan Tunjungan ini sepenuhnya akan ditanggung Pemkot Surabaya. Sedangkan untuk pembongkaran bangunan, akan ditanggung sendiri oleh PD Pasar Surya.
Untuk pembongkaran bangunan ini, pihaknya menganggarkan dana sebesar Rp1 miliar. Dari total sekitar Rp1 miliar itu, sekitar Rp100 juta digunakan untuk appraisal.
Terkait konsep pasar, lanjut Bambang, pihaknya masih belum dapat memastikan lantaran "Detail Engineering Desing" (DED) masih belum dikerjakan. Tapi dia memastikan sebagian stan di Pasar Tunjungan yang baru ini akan diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Sebagian lagi, lanjut dia, akan digunakan sebagai ruang komersil. Konsep ruang komersial ini yang masih menjadi kajian. "Saya belum dapat mengatakan kapan akan dibangun. Sebab, kan masih banyak tahapan yang harus dilalui. Sekarang sosialisasi, lalu pengosongan dan pembongkaran. Setelah itu baru mengerjakan FS (feasibility study/studi kelayakan) dan DED," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Kota Surabaya, Baktiono menilai, Pemkot kurang serius dalam merevitalisasi pasar legendaris ini. Hal ini dikarenakan rencana revitalisasi sudah digulirkan Pemkot sejak dua tahun lalu, tapi ternyata sampai sekarang belum dikerjakan sama sekali.
Selain itu, kata dia, dengan masa jabatan wali kota Surabaya yang tinggal beberapa bulan lagi, dirinya kurang yakin proyek ini bisa terelisasi. "Saya melihat kenapa proyek revitalisasi ini molor, karena DED-nya masih belum jelas. Lalu, peruntukan dan perencanaan pasar juga belum jelas, karena harus ada survei dan studi kelayakan untuk revitalisasi pasar ini," katanya.
Ia juga menyayangkan sikap Pemkot Surabaya yang menolak kerja sama dengan investor untuk menggarap proyek ini. Padahal, dengan lokasi lahan Pasar Tunjungan yang sangat strategis, yakni di "central business district" (CBD), bisa dipastikan banyak pengembang yang tertarik menggarap pasar ini.
"Saya berharap, karena pasar ini berada di area yang sangat strategis, konsep Pasar Tunjungan ini tidak hanya untuk pasar rakyat. Tapi juga harus didesain sebagai pasar modern. Jadi, ada semacam kombinasi antara pasar rakyat dengan modern," katanya. (*)