Pemkot: Dua Hektare Mangrove Surabaya Rusak Parah
Sabtu, 16 Mei 2015 11:55 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Pemerintah Kota melalui Dinas Pertanian menyampaikan bahwa sekitar dua hektare lahan mangrove di Surabaya rusak parah akibat terlilit sampah sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan pohon.
"Dua hektare luas lahan mangrove di Surabaya rusak parah karena sampah," ujar Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Joestamadji di sela peninajuan di Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya, Sabtu.
Lahan mangrove di Surabaya sendiri yang berada di sepanjang sisi laut luasnya mencapai 700 hektare, yang tumbuh mulai Sungai Lamong hingga Sungai Gunung Anyar.
Berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini terdapat 200 hektare mangrove lainnya mengalami rusak, namun tidak parah sehingga tetap bisa tumbuh dan hijau kembali.
"Berbeda dengan dua hektare yang rusak parah dan ini sangat memprihatinkan. Kami minta warga sadar dengan tidak membuah sampah di sungai karena sangat berpengaruh terhadap tanaman maupun satwa sekitarnya," tukasnya.
Mengantisipasi masuknya sampah yang dibawa dari sungai ke lahan mangrove, pihaknya telah membuat jaring-jaring sebagai penahan agar tak sampai terkena batang maupun akar mangrove.
"Tapi kekuatan jaring tetap tidak bisa menahan semua sampah yang masuk. Jalan satu-satunya yakni dengan manual atau tenaga manusia," katanya.
Selain sampah, penyebab kerusakan mangrove lainnya juga disebabkan oleh ulat yang memakan daun-daun sehingga mengakibatkan kerusakan, meski tidak dikategorikan parah.
Sementara itu, salah seorang petani tambak dan mangrove di Wonorejo, Fathoni, mengaku sering menemukan sampah-sampah berserakan dan melilit di batang-batang mangrove di pinggir sungai.
Hampir setiap hari ia bersama petani-petani lainnya membersihkan dan memungutinya menggunakan perahu, sekaligus mengecek kondisi mangrove-mangrove di sekitarnya.
"Saya juga sering mengingatkan pemburu-pemburu burung dan satwa lainnya di sini, sebab secara tidak langsung kerusakan mangrove juga ulah manusia. Tidak jarang saya berbuat tegas ke mereka yang berburu agar pergi dari hutan mangrove," ucapnya. (*)