Yunis: Fogging Bukan Solusi DBD
Jumat, 13 Maret 2015 5:40 WIB
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) seolah menjadi tren di sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur maupun secara nasional hingga sempat jumlah penderitanya mencapai puncak tertinggi ketika memasuki periode lima tahunan.
Pakar kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko W, menyatakan, periode lima tahunan itu pernah terjadi pada tahun 2008 dan 2013 sedangkan tahun 2015 hanya merupakan periode tahunan. Walau demikian, sudah selaiknya pemerintah mengantisipasinya dengan baik mengingat pada periode tahunan itu jumlah penderitanya lebih sedikit dibandingkan periode lima tahunan.
\"Meskipun tahun ini menjadi periode tahunan untuk kasus DBD, bukan berarti permasalahan itu dipandang sebelah mata dan hanya melakukan solusi sesaat seperti fogging,\" ujar Yunis, ditemui pada Diskusi Pencegahan DBD, di Surabaya.
Pria yang juga mengajar di UI tersebut menjelaskan, nyamuk Aedes aegypti yang menjadi penyebab munculnya penyakit DBD harus dimusnahkan. Sementara, metodenya tidak efektif dengan melakukan fogging seperti selama ini banyak dilakukan masyarakat.
\"Alasannya, justru dengan fogging maka nyamuk semakin banyak. Apalagi melalui cara itu resistensi (daya tahan) nyamuk terhadap bahan obat fogging makin kuat sehingga percuma saja dilakukan karena \'ngga mempan\',\" tukasnya.
Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap fogging walaupun solusi itu sudah mendapatkan izin dari pemerintah daerah setempat. Apalagi, kandungan obat fogging berdampak buruk bagi kesehatan manusia di antaranya mengakibatkan keracunan akut, gangguan pada ginjal, dan kelainan janin.
\"Apalagi, kini muncul perkembangan bisnis baru dengan modus fogging. Memang, teknik pengasapan itu dilakukan tetapi kandungan solar untuk fogging lebih banyak dibandingkan obatnya sehingga nyamuknya tetap hidup sedangkan hewan lain seperti kecoak dan cecak yang mati,\" ungkapnya.
Oleh sebab itu, tambah dia, idealnya masyarakat di Tanah Air lebih efektif menerapkan 3M (menguras, mengubur, dan menutup). Langkah itu diyakininya paling aman dan tepat sasaran daripada fogging.
\"Mulailah membasmi nyamuk penyebab DBD dari rumah masing-masing. Periksa setiap sudut di mana berpotensi menjadi sarang nyamuk terutama lokasi yang ada genangan air,\" tuturnya.
Apalagi, sebut dia, pada musim hujan seperti sekarang. Untuk itu, masyarakat harus rutin dan rajin meminimalkan genangan air di rumah. Apabila memiliki kolam maka selaiknya diisi dengan ikan yang mampu memakan jentik-jentik nyamuk itu.
\"Saat di rumah, usahakan agar hunian itu terbebas dari hal-hal yang membuat nyamuk betah untuk tinggal,\" katanya.
Ia menyarankan, tidak menggunakan gorden berwarna gelap. Kemudian, hindarkan menggantung pakaian yang telah dipakai terlalu lama. Penyebabnya, baju yang sudah dipakai dan digantung akan menjadi sarang nyamuk karena hewan itu menyukai aroma manusia yang masih melekat di pakaian itu.
\"Apabila di rumah memiliki kebun, ada baiknya selalu memeriksa pohon karena tanaman juga menjadi sarana nyamuk untuk hinggap lebih lama,\" katanya.
Untuk menghindari gigitan nyamuk, hal yang perlu dilakukan adalah menggunakan lotion antinyamuk. Cara tersebut merupakan langkah paling praktis, aman, dan murah.(*)