Satu Tewas akibat Bom Bunuh Diri sasar Sekolah di Kabul
Kamis, 11 Desember 2014 23:45 WIB
Kabul (Antara/AFP) - Seorang pengebom bunuh diri menyerang sekolah menengah yang terhubung dengan pusat kebudayaan Prancis di Kabul, Kamis, menewaskan satu orang dan mencederai 15 orang lainnya, kata petugas.
Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah bom bunuh diri lain menyasar sebuah bus pengangkut tentara Afghanistan di pinggiran kota dan menewaskan enam tentara.
Ibukota Afghanistan tersebut dalam beberapa pekan terakhir menjadi sasaran serangkaian serangan Taliban yang mematikan, dan mempertegas rapuhnya situasi keamanan dengan perginya pasukan tempur NATO setelah perang berlangsung selama lebih dari satu dasawarsa.
Kepala polisi Kabul Abdul Rahman Rahimi mengatakan pengebom meledakkan diri saat para penonton menyaksikan pertunjukan teater di Sekolah Menengah Istiqlal yang berdempetan dengan pusat kebudayaan Prancis.
"Seorang pengebom bunuh diri meledakkan dirinya diantara para penonton di Sekolah Menengah Istiqlal (Pusat Kebudayaan Prancis)," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Sediqi Sediqqi kepada AFP.
Wakil Menteri Dalam Negeri Mohammed Ayub Salangi mengatakan setidaknya satu orang tewas dan 15 lainnya cedera dalam serangan itu.
Jumlah korban tersebut juga dikonfirmasi oleh petugas.
Pusat kebudayaan tersebut terletak di pusat kota Kabul, tidak jauh dari istana kepresidenan dan berada satu kompleks dengan sekolah Istiqlal, institusi yang didanai Prancis dan telah mengajar anak-anak Afghanistan selama beberapa generasi.
Pusat kebudayaan tersebut awalnya dibuka pada 1970, kemudian terpaksa ditutup antara tahun 1983 hingga 2002 karena Afghanistan dilanda perang.
Institusi tersebut dibuka kembali pada 2003 dan dirombak pada 2010.
Meningkatnya serangan mematikan di Kabul dalam beberapa pekan terakhir semakin menambah kekhawatiran bahwa Afghanistan akan berada di dalam serangkaian kekerasan setelah kehadiran militer yang dipimpin AS berkurang.
Kelompok militan menyasar penginapan-penginapan asing, kendaraan milik kedutaan, bus-bus tentara AS dan Afghanistan di Kabul dalam sebulan terakhir. Situasi ini merusak klaim bahwa pemberontakan telah melemah dengan berakhirnya perang 13 tahun NATO.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel dalam kunjungannya ke Kabul akhir pekan ini mengatakan bahwa peningkatan tersebut menunjukkan "masyarakat internasional tidak boleh ragu-ragu mendukung Afghanistan yang stabil, aman, dan sejahtera."
Dalam serangan sebelumnya yang diklaim oleh Taliban, seorang pengebom berjalan kaki menyasar sebuah bus yang membawa tentara Afghanistan di pinggiran kota yang dijaga ketat itu.
Kepala Eksekutif Afghanistan Abdullah Abdullah dalam wawancara dengan harian Sunday Times Inggris pada akhir pekan memperingatkan bahwa pasukan Barat terlalu cepat meninggalkan negara itu.
Serangan pada Kamis itu terjadi setelah Washington mengumumkan tidak lagi memiliki tahanan di Afghanistan, sehari setelah keluarnya laporan Senat AS yang memberatkan mengenai perlakuan brutal terhadap tahanan dalam "perang antiteror".
Laporan Senat itu menyoroti pelanggaran di "lokasi-lokasi hitam" di seluruh dunia, beberapa di Afghanistan termasuk fasilitas yang pernah dikenal dengan nama "Salt Pit" di luar pangkalan udara Bagram.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengutuk keras penyiksaan yang dilakukan CIA yang disebutkan dalam laporan itu, dan mengatakan bahwa tindakan itu melanggar "semua norma hak asasi manusia" dan merupakan bagian dari lingkaran setan kekerasan.(*)