Jakarta (Antara Jatim) - Kebanyakan suvenir atau produk kreatif asli Jakarta yang dijual di tempat-tempat pariwisata selalu bergambar atau berbentuk Tugu Monas dan Ondel-Ondel, dan jarang sekali bergambar Elang bondol atau Salak Condet. Hal inilah menjadi keprihatinan tersendiri bagi Dewan kerajinan nasional daerah (Dekranasda) DKI Jakarta, sehingga wisatawan akan lebih mengenal maskot Ibu Kota hanya dari dua jenis, yakni Tugu Monas dan Ondel-ondel. Sekretaris Dekranasda, Ade Hasan Basri, mengatakan untuk lebih mengenalkan atau mempopulerkan maskot asli Jakarta, Dekranasda DKI Jakarta menetapkan tema produk kreatif mulai tahun ini adalah Elang bondol dan Salak Condet. "Mulai tahun ini Dekranasda mempunyai program dengan tema baru, yakni flora dan fauna asli Jakarta berupa Elang bondol dan Salah Condet, dan ini kami jadikan sebagai tema wajib produk kerajinan yang dibuat oleh UKM di Jakarta," katanya di Jakarta. Menurut Ade, alasan memilih flora dan fauna sebagai tema produk kreatif Jakarta sesuai dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta No. 1796 Tahun 1989 yang menetapkan salak Condet (Salacca zalacca) dari jenis flora dan burung elang bondol (Haliastur indus) dari jenis fauna sebagai identitas atau maskot Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. "Keberadaan Salak Condet penyebarannya hanya terbatas di kawasan Cagar Budaya Condet, Jakarta Timur dan memiliki nilai kekhasan tersendiri," katanya. Penetapan Elang bondol sebagai maskot juga mengacu pada keputusan Gubernur Wiyogo Admodarminto pada 29 Desember 1989, karena elang mempunyai penampilannya menarik serta kemampuan terbang prima dan ketajaman mata dalam mencari mangsa yang merupakan simbol warga Jakarta yang dinamis, tangkas dan cepat bertindak. Ade mengatakan, penentuan tema produk kreatif itu bertujuan ingin memperlihatkan kepada masyarakat luas dan wisatawan bahwa tidak hanya Monas dan Ondel-ondel yang menjadi simbol Jakarta. Sementara itu, selain menetapkan tema kembali ke maskot asli Jakarta, Dekranasda DKI Jakarta juga sedang membuat sistem atau standar produk kreatif, sehingga hasil produk bisa dipasarkan secara luas dan tidak asal membuat produk. "Tujuan standardisasi produk kreatif ini untuk memenuhi "quality control" pangsa pasar, sehingga produknya nanti bisa dipasarkan secara luar, seperti di bandara dan sejumlah galeri yang ada," katanya. Sebab, Ade mengaku salah satu kendala utama yang masih menghinggapi produk kreatif Jakarta adalah masalah kualitas produk, pangsa pasar, serta keanekaragaman desain yang belum ada. Ia berharap, dengan ditentukannya tema dan sistem standar produk kreatif oleh Dekranasda DKI Jakarta kreatifitas warga dan UKM semakin terarah, dan pemasaran produk bisa dikembangkan ke tingkat nasional bahkan luar negeri. "Produk kreatif yang dibuat nantinya tidak hanya memenuhi pangsa pasar tingkat kelurahan, melainkan bisa dikembangkan ke tingkat provinsi dan dijual di sejumlah bandara, sebab hingga ini belum banyak produk Jakarta yang dijual di bandara untuk konsumsi wisatawan," katanya.(*)
Maskot Jakarta Kembali Dipopulerkan Untuk Tema Produk Kreatif
Minggu, 30 November 2014 18:26 WIB