Bojonegoro Waspadai Bencana Musim Hujan
Selasa, 25 November 2014 15:38 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur, mewaspadai bencana angin kencang, tanah longsor, dan banjir bandang, yang berpotensi menimbulkan kerugian harta, bahkan jiwa yang bisa terjadi sewaktu-waktu selama musim hujan.
"Kami mewaspadai tiga bencana tersebut, karena datangnya bisa bersamaan dengan datangnya hujan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Bojonegoro Andik Sudjarwo, di Bojonegoro, Selasa.
Ia menjelaskan berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, bahwa curah hujan tinggi selama 20 hari selama Desember, berpotensi menimbulkan banjir.
"Kami sudah melakukan koordinasi dengan jajaran instansi terkait agar ikut bersiaga termasuk relawan bencana," jelasnya.
Selain itu, ia juga meminta posko siaga bencana banjir di kecamatan dipersiapkan termasuk personelnya.
Sesuai pemetaan BPBD, sebanyak 40 desa yang tersebar di 16 kecamatan, rawan dilanda banjir bandang dari sungai yang bermuara di Bengawan Solo, antara lain, di Kecamatan Temayang, Baureno, Sekar, Sukosewu dan kecamatan lainnya.
Daerah terparah dilanda banjir bandang yaitu di Kecamatan Baureno, ada empat desa, Kecamatan Temayang tiga desa dan Kecamatan Sukosewu enam desa, yang disebabkan meluapkan Kali Semar Mendem dan Kali Pacal.
Ia menyebutkan pada 2014 telah terjadi banjir bandang di 28 desa yang tersebar di sembilan kecamatan, di antaranya, di Kecamatan Kepohbaru, Kanor, Sekar, dan Gondang, dengan kerugian mencapai Rp761 juta lebih.
Sedangkan di tahun yang sama bencana tanah longsor terjadi di 19 desa yang tersebar di 11 kecamatan, antara lain, Kecamatan Balen, Sekar, Sugihwaras, Temayang, Gondang dan Kecamatan Kota, dengan total kerugian Rp352,5 juta.
Jumlah kerugian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kerugian bencana tanah longsor setahun sebelumnya yang terjadi di 28 desa di 14 kecamatan, yang hanya Rp167 juta.
"Tanah longsor biasa terjadi di sepanjang Bengawan Solo, juga di wilayah selatan," ujarnya.
Mengenai bencana angin puting beliung, lanjutnya, pada 2014 telah melanda 39 desa di 18 kecamatan dengan jumlah kerugian Rp732,7 juta. Setahun sebelumnya angin puting beliung melanda 38 desa di 15 kecamatan, dengan kerugian mencapai Rp942,5 juta. (*)