Ekonom: Pasar Keuangan Indonesia Masih Mengalami Hambatan
Rabu, 19 November 2014 17:27 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia, Alexander Eric Sugandi, memprediksi, kondisi pasar keuangan Indonesia hingga tahun depan masih mengalami banyak hambatan yang akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Salah satu faktor yang cukup dominan adalah kekhawatiran kenaikan suku bunga yang akan diberlakukan oleh Amerika yang lebih cepat dibanding ekspektasi pasar," katanya, di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan masih akan mencapai di posisi Rp12.000 per dolar AS sampai pertengahan tahun depan. Sementara pada hari ini rupiah sempat menguat tipis dengan meninggalkan Rp12.200 dan bertengger di posisi Rp12.140 per dolar AS.
"Sementara pada tahun 2009-2010, banyak uang dari negara maju yang mengalir dan masuk ke imaging market seperti Indonesia karena negara-negara maju tersebut mengalami krisis," ujarnya.
Kalau saat ini, jelas dia, kondisi perekonomian Amerika sudah mulai pulih. Dengan begitu ada kekhawatiran pasar Amerika akan segera menaikkan suku bunganya. Apalagi suntikan dana dari Bank Central America juga sudah mulai dikurangi dan berakhir di November ini.
"Hal itu akan menjadi tekanan, tidak hanya kepada rupiah tetapi juga kepada imaging market yang lain," katanya.
Selain itu, tambah dia, faktor lain yang ikut menekan nilai tukar rupiah adah defisit transaksi berjalan Indonesia. Apalagi kebijakan Bank Indonesia (BI) tidak sangat ketat untuk mempertahankan nilai tukar rupiah di level tertentu.
"Oleh sebab itu kami bilang, gaya Pak Agus Marto dengan Pak Darmin berbeda. Pak Agus masih bisa mentolelir pelemahan rupiah selama masih berjalan pada fundamental," katanya.
Penyebabnya, sebut dia, dengan pelemahan rupiah maka impor akan melambat karena biaya impor semakin tinggi. Bahkan, kondisi itu juga mengakibatkan ekspor akan lebih kompetitif khususnya untuk impor nonmigas.
"Kami prediksi dengan kondisi itu hingga akhir 2014 maka rupiah masih akan di posisi Rp12.200 per dolar AS. Pada akhir semester I/2015, rupiah akan semakin melemah di angka Rp12.500 per dolar AS," katanya.
Kemudian, lanjut dia, rupiah akan mulai terangkat dan menguat pada semester II karena defisit transaksi berjalan semakin turun dari posisi saat ini yang mencapai 2,9 persen. Lalu akhir tahun 2014 menjadi 3,3 persen menjadi 2,1 persen pada semester II tahun depan.
"Pada akhir semester II/2015 kami memperkirakan rupiah akan mulai menguat dan berada di posisi Rp11.900 per dolar AS. Nilai fundamental rupiah pada tahun ini masih tetap akan berkisar antara Rp12.200 hingga Rp12.000 dan susah untuk mendekati level Rp11.000 per dolar AS," katanya. (*)