Empat Tentara Ceko Tewas di Afghanistan
Rabu, 9 Juli 2014 3:25 WIB
Kabul (Antara/Reuters) - Sedikti-dikitnya empat prajurit badan pertahanan Atlantik utara NATO asal Ceko tewas dalam serangan di Afghanistan timur Selasa, kata Pasukan Bantuan Keamanan Asing (ISAF).
Sebelumnya, Ziaul Rahman Sayedkhili, perwira utama polisi di propinsi timur, Parwan, menyatakan korban tewas termasuk enam tentara NATO, 10 warga Afghanistan dan dua polisi Afghanistan.
"Pada dua hari lalu, roket ditembakkan dari desa Qalandar Khil dan menghantam pangkalan tentara Bagram dan pada pagi ini, gerakan bersama Afghanistan-ISAF ke sana untuk menyelidiki masalah itu," katanya.
"Seorang pembom jibaku bersepeda meledakkan diri dan menewaskan 10 warga setempat, dua polisi dan enam tentara ISAF," katanya.
ISAF dalam pernyataan terpisah mengatakan empat prajuritnya tewas.
Wanita juru bicara staf umum Ceko di Praha kemudian menyatakan empat korban tewas itu adalah tentara Ceko dan satu lagi Ceko luka parah.
Taliban menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu dalam pesan singkat ke Reuters.
Serangan itu terjadi di tengah keamanan memburuk di Afghanistan karena sebagian besar pasukan ISAF bersiap meninggalkan negara tersebut setelah 12 tahun perang melawan pemberontak Taliban.
Pemberontak menyatakan 15 tentara pasukan khusus Amerika Serikat tewas. Mereka secara berkala membuat pernyataan, yang disebut NATO berlebihan, setelah serangan.
Sekitar 50.000 tentara NATO masih berada di Afghanistan, turun dari puncak 150.000 pada 2011.
Tugas tempur NATO selesai pada akhir tahun ini, dengan 10.000 tentara Amerika Serikat tinggal hingga tahun depan jika presiden baru Afghanistan menandatangani kesepakatan keamanan dengan Washington.
Sekitar 3.450 tentara sekutu tewas di Afghanistan sejak gerakan dimulai pada 2001, ketika pemerintah Taliban digulingkan dari kekuasaan.
Hasil awal pemilihan umum, yang disiarkan pada Senin, menunjukkan mantan ekonom Bank Dunia Ashraf Ghani menang, tapi juru bicara pesaingnya, Abdullah Abdullah, menolak hasilnya dengan tuduhan itu kudeta terhadap kehendak rakyat.
Tuduhan penipuan segera memicu kekhawatiran keguncangan setelah angka menunjukkan Ghani mengumpulkan 56,4 persen dalam putaran kedua pemungutan suara, sementara mantan menteri luar negeri Abdullah mendapat 43,5 persen. (*)