Sanaa, (Antara/Reuters) - Sebuah pengadilan Yaman hari Minggu memenjarakan sembilan anggota Al Qaida antara dua dan sepuluh tahun karena berencana membunuh Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, kata Kantor Berita Saba. Jaksa mengatakan bahwa kelompok orang itu, yang juga dinyatakan bersalah berencana membunuh sejumlah perwira militer dan menculik warga asing, memasang bom tahun ini di sebuah jalan yang digunakan Hadi dalam perjalanan ke istana presiden. Niat mereka adalah meledakkan bom itu dari jarak jauh dan membunuh Hadi, namun peledak itu ditemukan dan dijinakkan oleh pasukan keamanan, kata jaksa. Rencana pemboman itu merupakan salah satu usaha serangan terhadap Hadi, yang berkuasa pada Februari 2012 setelah pendahulunya, Ali Abdullah Saleh, mengundurkan diri sebagai bagian dari alih kekuasaan yang didukung AS. AS meningkatkan serangan pesawat tak berawak di Yaman sebagai bagian dari upaya menumpas Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang dianggap oleh Washington sebagai cabang paling mematikan dari Al Qaida. Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di Yaman tenggara, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011 yang akhirnya melengserkan Presiden Ali Abdullah Saleh. Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2012 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai. Meski melemah, jaringan teror itu masih bisa melancarkan serangan-serangan terhadap sasaran militer dan polisi. Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan. Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka. Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP). AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu. Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (*)
Yaman Penjarakan Sembilan Anggota Al Qaida
Senin, 30 Desember 2013 7:05 WIB