Petani Bojonegoro Peroleh Bantuan Terpal
Selasa, 17 Desember 2013 19:18 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Petani di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, Bojonegoro, Jawa Timur, memperoleh bantuan 50 unit terpal untuk kebutuhan menjemur gabah dari panen paksa tanaman padinya yang terendam banjir luapan Bengawan Solo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Amir Syahid, Selasa, mengatakan banyak petani di sejumlah desa di Kecamatan Kanor, yang terpaksa memanen paksa tanaman padinya, sebab genangan air Bengawan Solo di daerah setempat meninggi.
"Para petani di Kecamatan Kanor kemudian mengajukan permohonan bantuan terpal dengan alasan untuk menjemur gabahnya," jelasnya.
Ia mengaku tidak mengetahui persis luas tanaman padi di Kecamatan Kanor yang dipanen paksa karena pihaknya hanya dimintai bantuan terpal.
"Jumlah terpal yang kami kirimkan sebanyak 50 unit, cukup untuk menjemur gabah petani yang dipanen paksa," katanya.
Data di BPBD, luapan Bengawan Solo telah merendam tanaman padi seluas 4.860 hektare di sejumlah kecamatan, antara lain Kecamatan Dander, Kalitidu, Kota, Kanor dan kecamatan lainnya.
Sesuai perkiraan BPBD, kerugian banjir luapan sungai terpanjang di Jawa itu mencapai Rp6,327 miliar dengan kerugian terbesar akibat tanaman padi yang rusak terendam air banjir.
Menurut seorang petani di Desa Ngablak, Kecamatan Dander, Ayik, tanaman padi di desa setempat yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo sebagian besar hampir panen termasuk tanaman padinya seluas satu hektare lebih.
Secara teknis, katanya, para petani sudah memakai pola tanam maju dengan perhitungan para petani sudah panen sebelum banjir datang.
"Tapi petani belum waktunya panen ternyata banjir sudah datang, ya jelas merugi. Seperti tanaman padi saya yang terendam air banjir harganya jelas akan turun," ujarnya.
Ia menjelaskan para petani di desanya, juga di desa lainnya di Kecamatan Dander, dan Kalitidu, dalam menanam padi bekerja sama dengan pengusaha pompa air yang mengambil air Bengawan Solo dengan sistem bagi hasil 20 persen pengusaha dan 80 persen petani.
"Meskipun tanaman padi terendam air banjir ya tetap harus membayar sebesar 20 persen," jelasnya. (*)