Perhiasan Emas Pengaruhi Inflasi Jatim selama Agustus
Senin, 2 September 2013 17:31 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) atau tiingkkat inflasi di provinsi ini tinggi yakni sebesar 0,97 persen selama bulan Agustus 2013 karena harga sejumlah komoditas meningkat termasuk di antaranya emas.
"Emas perhiasan dan bahan makanan masih menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan Agustus lalu," kata Kepala BPS Jatim, M Sairi Hasbullah, di Surabaya, Senin.
Padahal, kata dia, usai hari raya idul fitri angka inflasi di Jatim tidak akan mencapai besaran tersebut. Bahkan, umumnya justru pascalebaran mengalami deflasi karena berbagai harga komoditas turun.
"Dari tujuh kota IHK di Jatim, seluruhnya inflasi yaitu Probolinggo, Jember, Kediri, Surabaya, Sumenep, Madiun, dan Malang," ujarnya.
Inflasi tertinggi, katanya, terjadi di Probolinggo sebesar 1,41 persen. Lalu, angka inflasi terendah di Malang sebesar 0,77 persen. Sementara, Surabaya mengalami inflasi sebesar 0,99 persen.
"Posisi inflasi semakin tinggi disebabkan faktor kenaikan indeks harga kelompok bahan makanan sebesar 0,93 persen atau menyumbang 0,23 persen terhadap tingkat inflasi. Komoditas bahan makanan yang pengaruhnya cukup besar di antaranya bawang merah, beras, dan tomat sayur," ucapnya.
Kemudian, tambah dia, komoditas sandang memiliki andil inflasi sebesar 0,20 persen dengan kenaikan indeks harga sebesar 3,31 persen. Selain itu inflasi disumbang juga dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta lain-lain.
"Laju inflasi tahun kalender (Januari 2013-Agustus 2013) Jatim mencapai 7,06 persen sedangkan laju inflasi year on year (Agustus 2013 terhadap Agustus 2012) Jatim sebesar 8,06 persen," katanya.
Kalau secara nasional, menurut dia, hampir semua provinsi di Indonesia mengalami inflasi. Kondisi itu, ikut dipengaruhi pasokan dari produsen. Bahkan, panen yang dihasilkan oleh petani sepertinya kian menurun karena kendala faktor cuaca.
"Hal tersebut bukan dipicu adanya masalah di rantai distribusi," katanya.(*)