Shamsi Ali Ingin Ubah Pola Pikir Warga AS tentang Islam
Senin, 1 April 2013 19:47 WIB
Makassar (Antara) - Iman Masjid Islamic Center New York, Amerika Serikat, asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, Shamsi Ali, mengatakan dirinya ingin mengubah pola pikir warga Amerika Serikat (AS) tentang Islam yang masih salah.
"Tantangan terberat yang kami hadapi di Amerika Serikat adalah bagaimana mengubah pola pikir warga di sana terhadap Islam," ujarnya saat mengisi tabligh akbar di Masjid Al Markaz, Makassar, Senin yang diselenggarakan Dompet Dhuafa.
Menurut Shamsi, warga Amerika Serikat sering menganggap madrasah sebagai tempat mencetak teroris, padahal anggapan tersebut salah dan terbukti dirinya sendiri alumnus madrasah.
Shamsi mengatakan sebelum peristiwa 11 September sebagian besar warga AS memahami Islam sebagai agama eksotik padang pasir, orangnya gampang marah-marah dan terbelakang, padahal kenyataannya tidak seperti itu, setelah peristiwa tersebut pemahamannya berubah.
Sebelum peristiwa 11 September, ujar dia, yang masuk Islam kebanyakan orang kulit hitam yang baru keluar dari tahanan, sedangkan setelah 11 September mereka yang masuk Islam dari kalangan wanita muda, berpendidikan dan kalangan profesional.
Pada berbagai kesempatan ceramah Shamsi Ali mengatakan bahwa Islam memberikan solusi terhadap persoalan diskriminasi termasuk diskriminasi yang terjadi di Amerika Serikat.
"Itu saya katakan juga saat ceramah di Jakarta yang dihadiri Dubes AS. Sampai sekarang diskriminasi di AS sangat tinggi. New York itu pusatnya di Manhattan, kemudian ada Time Square, namun penduduk yang tinggal di up town dan down town terjadi perbedaan yang sangat tinggi," katanya.
Tentang terorisme, Shamsi berpandangan akarnya adalah ketidakadilan dunia, namun terorisme tidak cukup hanya menggunakan pendekatan keamanan.
Shamsi mengatakan pihaknya saat ini juga gencar melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat.
"Untuk pertama kalinya pada 2001 kami diundang buka bersama Wali Kota New York Michael Bloomberg. Bloomberg juga merupakan wali kota keturunan Yahudi yang mengizinkan umat Islam mendirikan masjid di 'ground zero' saat 70 persen warga menolaknya," katanya.
Pada sebuah kesempatan, Shamsi bertanya kepada Blooberg kenapa dirinya mengizinkan umat Islam membangun masjid di tempat tersebut, lantas dia menjawab dirinya kenal Islam sudah sepuluh tahun dan Islam itu jujur.
"Umat Islam hanya perlu untuk ibadah. Kedua, kalaupun saya tidak membela Islam, saya membela konstitusi saya yang memberikan kebebasan menjalankan agama dari kelompok manapun," kata Shamsi menirukan Bloomberg.
Pada kesempatan tersebut Shamsi mengajak bangsa Indonesia memanfaatkan peluang pasar yang ada di Amerika Serikat dengan meningkatkan SDM seperti bangsa China yang pandai memanfaatkan peluang. (*)