Padang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan seluruh penyaluran bantuan pendidikan untuk wilayah terdampak banjir di Sumatera Barat (Sumbar) mengacu pada verifikasi faktual di lapangan, agar bantuan tepat sasaran.
“Agar tepat sasaran Kemendikdasmen akan melakukan verifikasi faktual pada sekolah-sekolah yang terdampak,” ujar Mendikdasmen Abdul Mu’ti saat meninjau sejumlah sekolah terdampak banjir dan longsor di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Jumat.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti menjelaskan verifikasi faktual dilakukan untuk memetakan kebutuhan riil setiap sekolah, mulai dari kerusakan sarana, kebutuhan ruang belajar sementara, hingga kondisi guru dan siswa.
Menurutnya, proses verifikasi sangat penting karena tingkat atau dampak banjir dan longsor antar-sekolah berbeda-beda. Verifikasi itu dilakukan oleh tim Kemendikdasmen bersama pemerintah daerah setempat, termasuk dalam pemetaan kerusakan sekolah PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK.
“Bagi kami jika kami bantu akan dibantu, tentu saja sesuai dengan kemampuan kami. Tapi tentu kita senantiasa berkomunikasi dengan seluruh jajaran pemerintah daerah dan berkolaborasi agar penanganan bencana ini dapat kita laksanakan dengan lebih baik lagi,” kata Mendikdasmen.
Di sisi lain pemerintah menempatkan pemulihan psikososial dan keberlanjutan belajar anak-anak penyintas banjir sebagai prioritas utama dalam penanganan dampak bencana di Sumatera Barat.
Sebanyak 25 tenda sekolah darurat disiapkan sebagai ruang aman sementara bagi siswa. Dua tenda telah berdiri dan langsung difungsikan sebagai kelas sementara agar anak-anak dapat kembali berinteraksi dengan guru dan teman sebaya.
Selain ruang darurat, Kemendikdasmen juga meminjamkan perangkat Starlink agar sekolah dapat tetap berkomunikasi dan menjalankan pembelajaran daring bila diperlukan.
Untuk mendukung kembalinya rutinitas harian siswa, Kemendikdasmen mendistribusikan 3.500 paket peralatan sekolah untuk PAUD hingga SMK, 300 family kit untuk guru, paket sembako, dan makanan ringan bagi keluarga penyintas.
Di samping itu sebanyak 375 sekolah di Sumatera Barat menerima bantuan operasional khusus bencana, dengan nilai bervariasi mulai PAUD Rp10 juta, SD Rp15 juta, SMP Rp20 juta, dan SMA/SMK Rp25 juta.
Sebagai bentuk empati kepada keluarga korban, Kemendikdasmen menyalurkan santunan bagi enam guru meninggal masing-masing Rp10 juta, tiga guru dirawat Rp5 juta, 20 siswa meninggal Rp5 juta, dan siswa dirawat Rp2,5 juta.
Di sisi lain, kata Mendikdasmen, tim dari Kemendikdasmen juga telah bergerak ke Sumatera Utara dan Aceh untuk melakukan verifikasi awal mendata sebelum bantuan serupa diberikan.
Ia menyampaikan apresiasi kepada masyarakat dan pemerintah daerah yang bergotong royong memulihkan aktivitas sekolah di tengah kondisi sulit. “Kami berterima kasih atas ketulusan semua pihak yang terus saling membantu,” kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti.
