Surabaya - Perhelatan Pekan Olahraga Nasional XVIII yang berlangsung di Provinsi Riau pada 9-20 September 2012, menyisakan duka yang sangat mendalam bagi kontingen Jawa Timur. Perjuangan atlet-atlet Jatim untuk mempertahankan gelar juara umum berakhir dengan kegagalan, setelah hanya mampu menempati peringkat ketiga pada klasemen akhir perolehan medali emas. Gelar juara yang direbut kontingen Jatim pada PON XVII di Kalimantan Timur tahun 2008, diambil alih kembali oleh seteru beratnya, DKI Jakarta. Hasil yang diraih DKI Jakarta sekaligus menjadi pembalasan setimpal, karena empat tahun sebelumnya secara tidak terduga mereka dipecundangi Jatim. Dari daftar perolehan medali terakhir, DKI Jakarta tampil sebagai juara umum pesta olahraga empat tahunan itu dengan mengumpulkan 110 medali emas, 101 perak dan 112 perunggu. Kontingen Jawa Barat yang selama ini selalu berada di bawah bayang-bayang Jatim, menghuni peringkat kedua dengan mengoleksi 99 medali emas, 79 perak dan 101 perunggu. Sementara Jatim sebagai juara bertahan, hanya mampu merebut 86 medali emas, 83 perak dan 85 perak. Pencapaian itu sangat jauh dibanding target yang ditetapkan KONI Jatim sebanyak 133 medali emas. Jangankan memenuhi target medali emas, perolehan medali duta-duta olahraga provinsi paling timur di Pulau Jawa itu, juga masih di bawah target minimal 100 medali emas dari dicanangkan melalui program Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100. Jika menilik persiapan Jatim melalui program Puslatda jangka panjang sejak berakhirnya PON 2008, tampaknya pencapaian peringkat ketiga di PON 2012 sangat tidak adil. Apalagi, dalam berbagai 'event' kejuaraan nasional yang digelar cabang olahraga setiap tahun, prestasi atlet-atlet Jatim di beberapa cabang olahraga unggulan selalu menuai prestasi meyakinkan. Namun, fakta yang terjadi di Riau justru berbicara lain. Hasil bagus di ajang Kejurnas ternyata tidak berbanding lurus dengan pencapaian prestasi di arena PON. Beberapa bulan sebelum pelaksanaan PON, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Jatim Irmantara Subagio sebenarnya sudah memberikan "warning" (peringatan), bahwa peluang Jatim untuk mempertahankan gelar juara umum sangat berat. Bahkan, pria yang akrab disapa Ibag itu hanya memperhitungkan Kontingen DKI Jakarta sebagai pesaing terberat bagi Jatim untuk merebut juara umum, dan mengenyampingkan kekuatan Jabar. "Kalaupun kalah dari DKI Jakarta, selisih perolehan medali emasnya tidak akan banyak," kata Ibag, terkait prediksinya waktu itu. Akan tetapi, kenyataan di lapangan justru sebaliknya. Alih-alih mengejar juara umum, untuk meraih posisi kedua saja, Jatim sudah sangat kesulitan, kendati segala upaya untuk memotivasi atlet sudah dilakukan. DKI Jakarta yang pada pekan pertama pertandingan PON 2012 masih berada di peringkat ketiga setelah Jabar dan Jatim, secara perlahan berhasil menyalip perolehan medali kedua daerah itu dan menempati posisi puncak hingga akhir lomba. Hasil Menyakitkan Bagi sebagian besar atlet dan ofisial cabang olahraga Kontingen Jatim, pencapaian peringkat ketiga di PON 2012 adalah hasil yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan, Pelaksana Tugas Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung menyebut hasil PON Riau sangat menyakitkan, karena jauh dari target yang diharapkan. "Hasil yang sangat menyakitkan buat Jatim. Apalagi medali emas yang diperoleh atlet-atlet Jatim hanya sekitar 65 persen dari total target," kata Erlangga yang juga menjabat Wakil Komandan Kontingen Jatim. Prestasi PON 2012 merupakan yang terburuk dalam dua dasawarsa terakhir, karena paling jelek posisi Jatim selalu berada di peringkat kedua setelah DKI Jakarta, kecuali PON 2000 dan 2008 yang menjadi juara umum. Dari hasil evaluasi yang dilakukan tim KONI Jatim, penyebab utama kegagalan kali ini karena ada sedikitnya 27 nomor pertandingan dari sejumlah cabang olahraga yang secara teknis menjadi milik Jatim, tetapi lepas ke daerah lain. Sejumlah nomor andalan yang diproyeksikan menyumbang medali emas, antara lain terdapat pada cabang olahraga renang, panjat tebing, wushu, panahan, aeromodeling, judo, dan karate. "Renang prestasinya paling jeblok, karena tanpa medali emas sama sekali. Kemudian di panjat tebing ada lima emas yang melayang, aeromodeling dua emas, sementara di panahan hanya satu yang meleset," katanya. Khusus untuk renang, prestasi PON 2012 bisa jadi adalah yang paling buruk. "From hero to zero," ujar Erlangga. Empat tahun lalu di Kalimantan Timur, renang menjadi "pahlawan" bagi Kontingen Jatim karena menjadi lumbung medali emas Jatim dengan sumbangan 16 keping emas. Namun, kali ini renang nihil emas. Enny Susilowati dan kawan-kawan dipecundangi para perenang Jabar yang menyabet 22 medali emas, dari 32 nomor perlombaan. Sepuluh medali emas lainnya antara lain direbut atlet Riau, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara. "Tidak ada yang salah dengan persiapan anak-anak, tetapi lawan-lawan yang dihadapi kualitasnya memang lebih bagus, terutama Jabar yang diperkuat banyak perenang nasional," kata Manajer Tim Renang Jatim, Riswanda Tarsoni Ade. Erlangga Satriagung mengungkapkan, secara teknis dan nonteknis, persiapan Jatim menuju PON 2012 sebenarnya sudah sangat maksimal, termasuk memetakan kekuatan atlet daerah pesaing dari seluruh cabang olahraga. "Kami terlalu fokus pada pesaing utama seperti DKI, Jabar, Jateng, dan Riau. Padahal, peta kekuatan beberapa cabang olahraga dari daerah-daerah sudah semakin merata," ucapnya. Mantan Ketua Umum KONI Jatim Imam Utomo Soeparno juga sangat prihatin dengan merosotnya prestasi para atlet di arena PON 2012, sehingga meminta seluruh jajaran KONI Jatim untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh. "Tidak perlu mencari siapa yang salah dengan kegagalan ini. Segera lakukan evaluasi dan benahi kekurangan yang ada, karena tantangan empat tahun ke depan akan sangat berat," kata Imam Utomo yang empat tahun lalu memimpin Jatim menjuarai PON 2008. Setelah keterpurukan pada PON XVI-2004, Imam Utomo yang waktu itu juga menjabat Gubernur Jatim langsung bergerak cepat melakukan evaluasi, hingga kemudian tercetuslah program Puslatda Jatim 100 dengan target utama merebut juara umum PON 2008. Yang pasti, PON 2012 sudah berlalu dan KONI Jatim tidak boleh berlama-lama larut dalam kegagalan, mengingat tantangan PON XIX tahun 2016 di Jabar akan semakin berat. Pada 15-16 Desember 2012, insan olahraga di Jatim memiliki hajatan Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musproblub) untuk memilih ketua umum KONI Jatim periode 2012-2016. Siapa pun figur yang terpilih sebagai nakhoda KONI Jatim, tugas berat sudah menunggu di depan mata, yakni mengembalikan kejayaan prestasi olahraga Jatim yang sedang terpuruk. (*)
Catatan Akhir Tahun: Prestasi Olahraga Jatim Kembali Terpuruk
Rabu, 12 Desember 2012 17:26 WIB