Gresik - Tim ahli dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral turun ke lapangan dan melakukan penelitian di lokasi semburan lumpur di Desa Metatu, Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Sabtu. Kedatangan tim yang didampingi petugas dari Kantor Kementerian ESDM Provinsi Jatim itu untuk mengetahui penyebab semburan dan kandungan minyak serta gas yang keluar bersama lumpur. "Hasil penelitian akan kami jadikan acuan serta rekomendasi kepada pihak terkait untuk mengambil langkah-langkah agar semburan itu tidak berdampak kepada masyarakat dan lingkungan," kata salah satu anggota tim Peneliti Madya dari Badan Geologi Kementerian ESDM, Ahmad Zaennudin. Menurut ia, gas yang keluar bersama semburan lumpur di Desa Metatu, Gresik, baunya seperti hidrokarbon dan mirip seperti yang muncul pada semburan lumpur di Porong, Sidoarjo. "Untuk kepastian jenis gas apa yang keluar, kami harus melakukan penelitian lebih lanjut dan mengambil contoh gasnya," tambahnya. Semburan lumpur di Desa Metatu mulai muncul pada Selasa (13/11) malam dan berdasarkan laporan warga, ketinggian semburan saat itu sempat mencapai sekitar 10 meter, tetapi kini sudah menurun. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (DPBD) Kabupaten Gresik telah membangun tanggul di lokasi semburan guna mengantisipasi luberan lumpur ke rumah warga. Selain itu, BPBD juga memperluas peringatan area aman dampak semburan, dari sebelumnya 100 meter menjadi 300 meter dari pusat semburan. "Tanggul kami bangun dengan radius 100 meter dari titik semburan, namun untuk lokasi amannya kami tambah dengan radius 300 meter dari pusat semburan," kata Kepala BPBD Kabupaten Gresik, Hari Sucipto. Menurut ia, lokasi semburan lumpur itu merupakan sumur minyak tua bekas eksplorasi di zaman Belanda, dan berdasarkan hasil penelitian awal terdapat delapan titik sumur tua di sekitar lokasi. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012