Bojonegoro - Perajin batu bata di Bojonegoro, Jawa Timur, terjerat tengkulak yang memberikan pinjaman uang untuk biaya produksi dengan sistem pembayaran dengan batu bata yang harganya di bawah pasaran. Seorang perajin batu bata di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro Suprapto (41), Rabu, mengatakan sedikitnya 20 perajin batu bata di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, memperoleh biaya untuk memproduksi batu bata memanfaatkan uang pinjaman tengkulak. Para perajin, lanjutnya, membayar uang pinjaman itu dengan menyetorkan batu bata yang diproduksi dari hasil pembiayaan uang pinjaman dengan harga batu bata dibawah pasaran umum. "Harga batu bata yang kami setorkan dibeli Rp420 ribu/seribu, tapi kalau di pasaran umum saat ini mencapai Rp450 ribu/seribu," jelas Suprapto, dibenarkan perajin lalinnya Kasmiran (45). Suprapto mengaku masih rutin meminjam uang kepada tengkulak batu bata di desanya Rp500 ribu, ketika akan memproduksi batu bata yang baru bisa dibayar dengan batu bata rata-rata 2.000 batu bata/pekan. "Tapi saya masih terus rutin meminjam uang ketika akan memproduksi, sebab keuntungannya habis untuk makan," jelas Suprapto. Hal serupa juga dialami Kasmiran yang mengaku secara rutin utang Rp3 juta kepada tengkulak batu bata setempat dan mampu menyetorkan sebanyak 3.000 batu bata/pekan. "Saya saat ini juga masih memiliki utang," kata dia, menegaskan. Para perajin, menurut Suprapto mengharapkan koperasi yang pernah berdiri di desa setempat bisa beroperasional kembali memberikan pinjaman uang kepada para perajin. "Tapi sudah tiga tahun koperasi batu bata di sini tidak aktif lagi. Yang jelas perajin ketika meminjam uang ke koperasi dulu selalu melunasi," jelas Suprapto. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012