67 tahun lalu... 12 Oktober 1945... Jawa Timur mulai ada dalam catatan sejarah. Sebuah usia yang masih tidak terlalu tua untuk ukuran sebuah provinsi. Bandingkan dengan DKI Jakarta, yang tahun ini berusia 485 tahun. Hari Jadi Jatim, sama dengan beberapa provinsi lainnya, yakni Jawa Barat, yang sama-sama memasuki usianya ke-67, atau lima tahun lebih tua dari Provinsi Jawa Tengah. Kalau kita buka catatan sejarah penentuan hari jadi, tidak sedikit pihak yang mempertanyakan terkait penetapan tanggal, bulan, maupun tahun. Diputuskannya pun tidak semudah membalikkan telapak tangan karena merupakan salah satu sejarah. Di dalam Buku Riwayat Hari Jadi Provinsi Jawa Timur yang diterbitkan Badan Arsip Provinsi Jatim 2008 dijelaskan, 12 Oktober 1945 resmi ditetapkan sebagai HUT Pemprov Jatim, setelah pihak eksekutif membentuk tim pengkaji. Saat itu, tim yang diketuai Nunuk Supri Rahayu itu menelusuri selama tiga tahun, 15 Oktober 2004 sampai 7 Mei 2007. Hasilnya, tim sepakat hari jadi Pemprov 19 Agustus 1945. Alasannya, 19 Agustus merupakan waktu terbentuknya Provinsi Jatim bersama tujuh provinsi lain, yakni Jabar, Jateng, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil, dua hari setelah kemerdekaan RI diproklamirkan. Pada tanggal sama, juga keluar maklumat pengangkatan orang Indonesia pertama, RMTA Soerjo sebagai Gubernur Jatim. Oleh eksekutif, tanggal itu lantas diajukan ke DPRD Jatim untuk dibahas. Dewan lantas menugaskan Komisi A (Pemerintahan) mengkajinya. Selama pengkajian, para wakil rakyat sempat studi banding ke Belanda. Hasilnya, Komisi A memberi lima alternatif HUT Pemprov, yakni 1 Juli 1928 pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sementara empat tanggal lain, terbentuk setelah masa kemerdekaan, masing-masing 22 Agustus 1945, 12 Oktober 1945, 25 Oktober 1945, dan 15 Agustus 1950. Dari lima itu, sidang paripurna DPRD Jatim 7 Agustus 2007 menyepakati 12 Oktober 1945 sebagai hari jadi, bukannya 19 Agustus 1945 yang diusulkan eksekutif. Dewan mengemukakan tiga alasan, momentum pengangkatan dan/atau pelantikan Soerjo sebagai orang Indonesia pertama jadi Gubernur Jatim, yakni Soerjo baru menjalankan tugas di Surabaya 12 Oktober. Oktober dinilai memiliki nilai filosofis dan heroik nasionalisme sangat tinggi, karena pada 25 Oktober 1945, Soerjo dengan berani menolak permintaan Sekutu --Jenderal Mallaby, untuk menyerahkan diri dan datang ke kapal perang mereka. Ditambah lagi, tahun 1945 dinilai sebagai titik tolak bangkitnya rasa nasionalisme bangsa Indonesia setelah meraih kemerdekaan. Catatan lainnya, setelah Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia mulai menata kehidupan kenegaraan. Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 tanggal 19 Agustus 1945 oleh PPKI dibentuklah Provinsi dan Penentuan para Gubernurnya. Untuk pertama kalinya, R.M.T Soerjo yang kala itu menjabat Residen Bojonegoro ditunjuk sebagai Gubernur Jawa Timur, dilantik 5 September 1945. Sampai 11 Oktober 1945, ia harus menyelesaikan tugas-tugasnya di Bojonegoro dan baru 12 Oktober 1945 boyong ke Surabaya, Ibu Kota Provinsi Jawa Timur. Atas pertimbangan perjalanan sejarah inilah maka diterbitkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2007 tentang Hari Jadi Provinsi Jawa Timur yang menetapkan Tanggal 12 Oktober sebagai hari Jadi Jawa Timur dan akan diperingati secara resmi setiap tahun, baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di seluruh Jawa Timur. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini, Pemprov Jatim menggelar berbagai agenda dan kegiatan sebagai hiburan rakyat Jatim. Selama sebulan penuh, rakyat dimanjakan dengan berbagai kegiatan, seperti diskon besar-besaran belanja di mal, jalan sehat, lomba-lomba, konser musik, hingga pameran usaha kecil menengah. Sayangnya, rek. Tahun ini, Hari Jadi Jatim tidak memiliki kado spesial, sebab Jatim seolah tercederai dengan kurang maksimalnya kontingen PON Jatim yang bertanding di PON XVIII Riau. Menyandang status juara bertahan, Jatim harus pulang dengan kepala tertunduk karena hanya mampu menempati posisi ketiga, di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Sebuah prestasi yang tidak bisa membuat bangga masyarakat Jatim menjelang Hari Jadinya. Bermodal semangat dan anggaran besar, kontingen yang dikomandani langsung oleh Gubernur Soekarwo itu gagal. Bahkan, Tim Sepak Bola Jatim yang selama empat kali PON terakhir, selalu membawa pulang medali emas, justru gagal total setelah tergelincir di babak penyisihan. Namun, pada HUT Jatim 2012, Gubernur Soekarwo masih bisa tersenyum, kok. Itu karena Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat Muhammad Chatib Basri memujinya, bahkan menjadikan provinsi ini untuk tempat belajar strategi dan upaya peningkatan invetasi. Tidak hanya itu saja, BKPM yakin, dua tahun lagi ekonomi Jatim dapat menyalip DKI Jakarta. Dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 7,23 persen dan akhir tahun ini diharapkan mencapai 7,4 persen maka apa yang dilakukan Pemprov Jatim sudah berada di track benar. Tingginya pertumbuhan ekonomi Jatim, otomatis kontribusi yang diberikan terhadap perekonomian nasional juga besar. Jika 2012 saja, investasi di Jatim sudah mencapai Rp148 triliun, pada 2014 dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen, investasi yang masuk ke Jatim akan tembus Rp200 triliun. "Jika itu yang terjadi di Jatim, maka kami juga yakin akan dapat mewujudkan tuntutan target investasi nasional sebesar Rp506 triliun pada 2014," ucap Chatib ketika berkunjung ke Surabaya, awal Oktober ini. Di sisi lain, tidak lama lagi, Jatim akan menyelenggarakan pesta demokrasi terbesar, yakni Pemilihan Gubernur Jatim. Meski masih akan dilakukan 29 Agutus 2013, bukan tidak mungkin sejak sekarang dikhawatirkan timbul gesekan-gesekan politik. Sebagai warga, kita harus benar-benar jeli menghadapinya dan tidak mudah terprovokasi dalam bentuk apapun. Yang pasti, sebagai arek Jatim, boleh kiranya bangga terlahir di provinsi ini. Sebuah tempat yang dikenal aman, meski masih ada "kerikil-kerikil" yang membuat tidak nyaman. Sing penting, bongkar kebiasaan lama, Jatim harus tetap guyub (rukun), demokratis, toleran, dan "TOP" ae, rek. Ok, Selamat Ulang Tahun, Jatim-ku......!! (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012