Bojonegoro - Kepala Dinas Bojonegoro, Jawa Timur, Harjono mengatakan warga di sekitar lokasi proyek migas Blok Cepu belum membutuhkan masker pelindung untuk mengamankan diri dari polusi debu di wilayah setempat. "Saya kira masker belum dibutuhkan, tapi penyiraman air di sekitar lokasi proyek migas Blok Cepu yang berpotensi menimbulkan polusi debu harus ditingkatkan," katanya, Jumat. Ia menjelaskan, belum mengetahui secara pasti pengaruh terjadinya polusi debu atas kesehatan masyarakat di sekitar kawasan proyek migas Blok Cepu, di antaranya warga di sejumlah desa di Kecamatan Ngasem, Purwosari, Kalitidu dan Padangan. "Kami masih melakukan pendataan jumlah warga penderita infeksi saluran pernapasan atas (Ispa) di sekitar proyek migas Blok Cepu, dalam beberapa bulan terakhir setelah ada pekerjaan proyek migas Blok Cepu," katanya, didampingi salah satu stafnya, Novel Zain Wisuda. Menurut Novel alumnus Universitas Indonesia (UI), jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat itu, penyebab penyakit Ispa yaitu dipengaruhi dengan kondisi musim kemarau, karena udara yang tidak bersih dan cuaca yang berubah ubah. "Udara yang tidak bersih dan cuaca yang berubah-ubah merupakan salah satu pemicu Ispa," katanya, menegaskan. "Field Public and Government Affairs Manager" Mobil Cepu Limited (MCL), Rexy Mawardijaya, mengatakan, tuntutan warga yang meminta kompensasi uang tunai atas polusi debu tidak bisa dipenuhi, sebab dalam kententuan yang ada pemberian kompensasi uang tunai tidak diperbolehkan. Namun, menurut dia, pemberian bantuan bisa dilakukan melalui program, baik melalui program kesehatan, pendidikan, juga pengembangan ekonomi masyarakat. "PT Tripatra Jakarta, selaku kontraktor proyek minyak Blok Cepu sudah mempersiapkan program bantuan kesehatan setiap pekan sekali," katanya mengungkapkan. Selain itu, tambahnya, diperoleh kesepakatan dengan warga, penyiraman air untuk mengurangi polusi debu ditingkatkan yang semula 10 truk menjadi 23 truk tangki. "Jumlah intensitas penyiraman air rata-rata tiga sampai empat kali/truk," katanya menjelaskan. Sementara itu, seorang warga Desa Mojodelik, Kecamatan Ngasem Suwoto menjelaskan, polusi debu yang terjadi di pemukiman warga, sudah berlangsung sejak sebulan terakhir. "Warga harus mengepel rumah dua kali sehari, selain itu polusi debu juga menimbulkan gatal-gatal," katanya, dan dibenarkan sejumlah warga lainnya. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012