Bojonegoro- Produksi tembakau Virginia Voor Osgt (VO) dan Jawa di Bojonegoro awal September ini masih menumpuk di petani dan pedagang, belum bisa dijual ke pabrikan yang biasa melakukan pembelian tembakau.
Seorang pedagang tembakau di Desa Ngrandu, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro Suhadak, Sabtu mengatakan, belum ada pabrik rokok besar yang melakukan pembelian tembakau, kecuali PT Noroyono yang membuka pembelian di Desa Medalem, Kecamatan Baureno.
Namun, menurut dia, pembelian tembakau yang dilakukan PT Noroyono, terbatas, hanya memilih tembakau yang kualitasnya bagus.
"Tembakau yang kualitasnya rendah tidak dibeli," katanya.
Padahal, jelasnya, saat ini panen tembakau berlangsung secara merata di sejumlah sentra, baik yang sudah diproses petani maupun yang sudah dibeli pedagang lokal.
Namun, menurut dia, pedagang masih kesulitan menjual tembakaunya, karena belum ada pabrik rokok besar yang melakukan pembelian tembakau.
Ia mencontohkan, dirinya memiliki 1 ton tembakau rajangan yang belum bisa terjual, karena belum ada pembeli. Bahkan, enam bal tembakau Virginia VO rajangan, dengan berat sekitar 50 kilogram/bal, yang disetorkan ke PT Noroyono, hanya dibeli dua bal dengan harga rata-rata Rp10.000 per kilogram.
"Harga tembakau Rp10 ribu per kilogram itu, jauh lebih rendah dibandingkan harga tahun lalu yang bisa mencapai Rp25 ribu per kilogram, untuk kualitas yang sama," kata Suhadak.
Ia menambahkan, pada musim tanam tahun ini, dirinya juga menanam 460 ribu pohon tembakau di desa setempat juga di desa lainnya, dan semuanya sudah terpanen.
Sementara ini, harga tembakau daun basah petikan tengahan yang merupakan kualitas paling bagus di tingkat petani hanya sekitar Rp700/kilogram, sedangkan rajangan maksimal hanya Rp10.000/kilogram.
Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Bojonegoro Sarif Usman, mendesak, pabrik rokok besar, seperti PT Djarum Kudus, juga pabrik tokok lainnya, secepatnya melakukan pembelian tembakau, untuk mengamankan harga.
Sebab, lanjutnya, panen sudah berlangsung merata, namun pembelinya baru sebuah perusahaan rokok yaitu PT Noroyono.
"Penyebab rendahnya harga tembakau, disebabkan pabrik besar belum melakukan pembelian tembakau," ujarnya.
Sebelum itu Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Bojonegoro Achmad Djuparti, optimistis produksi tanaman tembakau di wilayahnya yang luasnya mencapai 9.000 hektare lebih bisa terserap pabrikan.
Pertimbangannya, lanjutnya, pabrik rokok lokal di daerahnya melaporkan akan melakukan pembelian tembakau kering sekitar 12.000 ton.
"Kebutuhan tembakau itu, paling tidak membutuhkan areal tanaman tembakau seluas 10.000 hektare," ucapnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012