Bojonegoro - Bulog Sub Divre III Bojonegoro, Jawa Timur, memastikan stok beras yang dimiliki dengan jumlah 75 ribu ton beras aman untuk mencukupi kebutuhan beras di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan selama Ramadhan.
"Stok beras yang kami miliki mampu mencukupi kebutuhan beras miskin warga di tiga kabupaten selama 16 bulan," kata Kepala Bulog Sub Divre III Bojonegoro Damin Hartono Roestam, Sabtu.
Ia merinci, stok beras sebanyak 75 ribu ton itu diperoleh dalam pengadaan beras tahun ini yang sekarang ini lokasinya di gudang Bojonegoro 37 ribu ton, Babat 12 ribu ton, Lamongan 5 ribu ton dan Tuban 21 ribu ton.
"Tugas pokok kami menyalurkan beras miskin, sehingga masalah persediaan beras miskin di tiga kabupaten tidak ada masalah," ucapnya, menegaskan.
Ia menyebutkan kebutuhan beras wargas miskin di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan besarnya mencapai 5,7 ton per bulan atau dengan jumlah total selama 16 bulan mencapai 91,2 ribu ton.
Kekurangannya, menurut dia, bisa tercukupi dari persediaan gabah yang diperoleh dalam pengadaan di tiga kabupaten dengan jumlah mencapai 24 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau 15,2 ton setara beras.
"Mengenai harga penebusan beras miskin tidak ada perubahan tetap Rp1.600 perkilogram," jelasnya.
Data di Bulog Sub Divre III, warga penerima beras miskin di Bojonegoro, Lamongan dan Tuban mulai Juni meningkat menjadi 380.077 rumah tangga sasaran (RTS) yang sebelumnya hanya sebanyak 310.031 RTS.
Bertambahnya warga penerima beras miskin menjadi 380.077 RTS itu, sesuai data yang baru diterima dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melakukan survei warga miskin di tiga kabupaten itu pada 2011.
Menjawab pertanyaan Damin mengharapkan, pemkab di tiga kabupaten itu, membuat kebijakan menambah alokasi beras miskin ke-13 pada bulan Ramadhan ini bagi RTS.
Alasannya, lanjutnya, pengeluaran beras miskin di tiga kabupaten itu bisa mengurangi penumpukkan beras yang terjadi di tiga gudang milik Bulog, juga gudang yang disewa dari masyarakat.
"Semua gudang milik Bulog juga gudang yang disewa dari masyarakat di tiga kabupaten penuh," paparnya.
Dengan demikian, lanjutnya, pengadaan beras dan gabah di wilayah kerjanya mengalami hambatan penuhnya gudang penyimpangan beras dan gabah.
"Gudang milik masyarakat lebih senang disewakan kepada pengusaha tembakau, sebab biaya sewanya bisa dua kali lipat dibandingkan kalau dimanfaatkan untuk menyimpan beras atau gabah," katanya, mengungkapkan.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012