Bojonegoro - Petani di sejumlah desa di Bojonegoro, Jatim, pada kemarau Juli ini mulai memanfaatkan air tampungan Bendung Gerak Bengawan Solo untuk mengairi tanaman padi yang semula merupakan lahan kering. Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti, Jumat, mengatakan, luas tanaman padi di lahan kering mencapai 6.000 hektare yang tersebar di sejumlah desa yakni Kecamatan Trucuk, Malo, Kalitidu, Padangan, Ngasem, Kedewan dan Kasiman. Semula, lanjutnya, lahan para petani itu, pada musim kemarau hanya bisa ditanami palawija dengan hasil yang tidak menentu. "Tapi mulai kemarau Juli ini, lahan kering itu bisa ditanami padi dengan memanfaatkan air Bengawan Solo," katanya menjelaskan. Para petani, menurut dia, bisa memanfaatkan air tampungan Bendung Gerak di sepanjang daerah hulunya bekerja sama dengan pengusaha pompa. Caranya, lanjutnya, dengan sistem bagi hasil ketika panen dengan kesepakatan petani memperoleh 75-80 persen, pengusaha pompa berkisar 20-25 persen. "Kalau gagal panen, petani tidak harus membayar," ujarnya. Ia menjelaskan, keberadaan Bendung Gerak Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, yang baru rampung dibangun Balai Besar Bengawan Solo di Solo Jateng, mampu mengubah pola tanam lahan di daerah hulunya. Dengan keberadaan Bendung Gerak Bengawan Solo itu, menurut dia, ada tambahan produksi tanaman padi seluas 12.000 hektare di wilayah kerjanya, karena lahan seluas 6.000 hektare tersebut bisa panen dua kali dalam setahun. Namun, jelasnya, setelah panen tanaman padi yang ditanam Juli, para petani tidak harus menunggu langsung menerapkan pola tanam maju, sehingga ketika panen aman dari luapan banjir Bengawan Solo. Ia mengakui, pemanfaatan air tampungan Bendung Gerak ke sawah petani di daerah hulunya itu, sistem irigasinya saat ini masih sederhana hanya memanfaatkan pipa plastik, belum merupakan jaringan irigasi permanen. "Pembangunan jaringan irigasi permanen di jaringan sawah di daerah hulu Bendung Gerak itu, mulai kami programkan pada 2013," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012