Jember - Budayawan yang juga anggota tetap majelis sastra Asia Tenggara, Prof Dr Ayu Sutarto, meluncurkan tiga buku sekaligus dalam acara "Tasyakuran Kreatif 62 tahun Ayu Sutarto" di aula Fakultas Sastra Universitas Jember, Jatim, Rabu.
Tiga judul buku yang diluncurkan adalah Sastra Bandingan dan Sejarah Sastra, Mutiara yang Tersisa: Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Using, dan Menggelar Mantra Menolak Bencana: Ensiklopedia Upacara Adat di Provinsi Jatim.
"Saya ingin terus berkarya karena berkarya itu adalah ibadah, dan ibadah itu memberi karena memberi adalah cinta," tutur Ayu di sela-sela peluncuran tiga bukunya tersebut.
Menurut dia, buku Sastra Bandingan dan Sejarah Sastra merupakan penyempurnaan dari bahan kuliah sastra bandingan anggota majelis sastra Asia Tenggara yang diberikan di empat negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Indonesia.
"Dalam buku itu, saya mempertanyakan keabsahan praktek-praktek telaah sastra bandingan sebelumnya. Buku tersebut terdiri dari lima bagian yang meliputi pendahuluan, sastra bandingan dan sejarah sastra, era pascamodern dan sastra bandingan, sastra bandingan di empat negara, dan sastra bandingan kini dan nanti," katanya.
Buku Mutiara yang Tersisa: Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Using menceritakan sembilan cerita rakyat Using di Banyuwangi dengan mengusung kearifan lokal yang digunakan sebagai rujukan dalam kehidupan masyarakat.
"Saya menggunakan istilah mutiara yang tersisa dalam kearifan lokal karena selama ini banyak warga yang mulai meninggalkan budaya kearifan lokal, padahal setiap daerah memiliki kearifan lokal yang harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat," ucap dosen Fakultas Sastra Unej itu.
Cerita rakyat Using yang mengusung kearifan lokal dalam buku itu antara lain Sri Tanjung, Syeh Wali Lanang, Barong, Mas Tawangalun, Buyut Cungkring, dan Minak Jingga.
Buku ketiga yakni Menggelar Mantra Menolak Bencana: Ensiklopedia Upacara Adat di Provinsi Jatim mendeskripsikan berbagai upacara adat yang terdapat di Jatim seperti kelompok suku Jawa, Madura, Samin, Tengger, dan Using.
"Beberapa kelompok etnik di Jatim masih melakukan ritual atau upacara adat untuk menolak bencana, bahkan upacara bersih desa dan adat perkawinan masih dilakukan oleh mereka," ucap penulis Kamus Budaya dan Religi Using itu.
Ayu Sutarto berharap tiga buku itu menjadi bagian untuk memperkaya pusaka budaya tentang adat istiadat yang harus dilestarikan oleh bangsa Indonesia melalui kearifan lokal masing-masing daerah.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012