Tidak sia-sia, upaya berdarah-darah mahasiswa dalam memperjuangkan keinginan
sebagian besar rakyat Indonesia melawan rencana pemerintah menaikkan harga BBM, berbuah hasil menggembirakan.
Pemerintah akhirnya mengurungkan niatnya menaikkan harga BBM per 1 April 2012
sebagai implementasi hasil sidang paripurna DPR RI yang tidak memungkinkan pemerintah
melakukan penyesuaian harga pada saat ini.
Adalah Partai Keadilan Sosial yang cukup jeli melihat kondisi secara umum rakyat
Indonesia yang tidak suka mendengar kenaikan harga BBM, karena akan berpengaruh besar
terhadap kenaikan harga bahan keperluan lainnya.
Para petinggi partai berbasis agama itu kemudian memanfaatkan momen penting rapat
kerja nasional di Medan, dengan mengeluarkan keputusan tegas, menolak kenaikan harga BBM yang tentu saja diapresiasi oleh masyarakat.
Pengurus partai ini memang cerdik. Memanfaatkan rentang waktu pasca-raker dengan
sidang paripurna, fraksi PKS terus mengumandangkan penolakannya terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBM, sehingga menambah simpati masyarakat.
Sebagai bagian dari partai koalisi, sikap PKS tersebut tentu saja dianggap aneh.
Kecaman pun datang bertubi-tubi, tetapi cercaan hanya disuarakan pengurus Partai Demokrat
yang paling merasa dirugikan oleh ulah PKS.
Semakin dikecam, partai ini justru menuai empati rakyat. Bagi PKS, inilah cara jitu
mengembalikan citra yang sempat terpuruk dengan banyaknya tokoh mereka yang disebut-sebut terlibat dalam kasus korupsi seperti Adang Daradjatun, suami Nunun Nurbaeti (kasus cek pelawat) serta Tamsil Linrung, anggota Banggar DPR RI, yang dituding sering menerima sogokan.
Melihat sukses PKS meraih hati rakyat, Partai Golkar pun seakan tidak mau kalah.
Mereka pun menampilkan akrobatik dengan membuat pernyataan yang lebih halus dari kata
penolakan, yakni belum waktunya harga BBM dinaikkan pada situasi seperti saat ini.
Pernyataan yang disampaikan Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham sehari menjelang
rapat paripurna itu tentu saja mengacaukan konstelasi politik. Sebagai partai kedua
terbesar di Indonesia, sepak terjang partai warisan Soeharto ini, cukup membuat galau
partai koalisi maupun pihak oposisi.
Seperti halnya PKS, Partai Golkar sepertinya juga menghalalkan segala cara agar
kepentingan mereka tercapai. Kendati dianggap sebagai pengkhianat oleh kawan-kawannya di
koalisi, Partai Golkar seakan tidak peduli, karena kepentingannya saat ini adalah
menghimpun sebesar-besarnya suara rakyat sebagai modal awal menuju 2014.
PKS dan Golkar boleh saja mengklaim telah membela rakyat dengan menggagalkan
rencana kenaikan harga BBM. Tapi jangan keliru, rakyat kini semakin pintar. Mereka paham
betul tentang perilaku politikus.
Untuk sesaat, rakyat terhindar dari keterhimpitan masalah ekonomi. Namun tetap
saja, mereka harus was-was karena pemerintah bisa saja sewaktu-waktu menaikkan harga BBM. Bukan dalam jangka waktu enam bulan seperti tertuang dalam Pasal 7 ayat 6 A.
Itu artinya, perjuangan PKS dan Partai Golkar tidak sungguh-sungguh dalam membela
rakyat kecil yang tidak menghendaki harga BBM naik. Tapi itulah politik, yang hanya memburu
kepentingan semata.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012