Surabaya - Keanekaragaman batik di Jawa Timur memerlukan sejumlah penyempurnaan karena beberapa motif yang dikembangkan saat ini mulai meninggalkan pakem tradisional dari provinsi tersebut.
"Sampai sekarang, total motif batik di 38 kabupaten/kota di Jatim mencapai sekitar 3.000 motif," kata Kepala Bidang Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim, Irwan Pandi Wahyono, ditemui dalam Seminar Alternatif Pengembangan Teknik Batik, di Universitas Kristen Petra, Surabaya, Jumat.
Dari 3.000 motif khas batik Jatim, ungkap dia, sekitar 1.120 motifnya sudah terdaftar dalam MURI pada tahun 2011. Bahkan, sejumlah motifnya memiliki karakter masing-masing kabupaten/kota di provinsi ini.
"Silakan mengembangkan atau menggunakan motif batik kontemporer tapi angan hanya diisi 'ceceg'. Bisa mengurangi ceceg tapi diisi dengan motif tradisional dan filosofinya," ujarnya.
Untuk itu, contoh dia, batik khas daerah Pasuruan yang terkenal dengan motif batik Sedap Malam dikomibinasikan dengan berbagai motif tradisional seperti Sidomukti, Sidoluhur, atau Parang.
"Bisa juga memadukan antara batik Sidoarjo yakni Kenongo dengan ikon batik Jatim, baik berupa Bunga Teratai maupun Ayam Bekisar," katanya.
Di sisi lain, terkait upaya pengembangan batik Jatim dari sisi pengrajin, tambah dia, Pemerintah Provinsi Jatim siap melakukan serangkaian pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM).
"Contoh, memfasilitasi Hak Kekayaan Intelektual, akses ke perbankan, promosi, pameran, penjualan, informasi pasar, dan fasilitas ruang pamer Dekranasda Jatim di Jalan Kedungdoro dan Jalan Raya Juanda Surabaya," katanya.
Bahkan, kata dia, mengikutsertakan sejumlah pengrajin batik dalam berbagai lomba skala nasional misalnya pada tanggal 20 Maret mendatang ada perlombaan batik dalam rangka HUT Dekranasda di Jakarta.
"Pada kesempatan tersebut pengrajin batik bisa menonjolkan kreasinya baik yang dikombinasikan dengan sulam maupun bordir menjadi pakaian resmi," katanya.
Ke depan, harap dia, dalam rangka mengembangkan batik khas daerah maka regenerasi pengrajin batik juga perlu ditingkatkan supaya ada generasi muda sebagai penerus mereka.
"Selain itu, khusus pewarna batik yang digunakan ada baiknya sejumlah pengusaha bisa memproduksi pewarna batik dari alam yang dikemas sehingga pengrajin tidak perlu lagi merebus daun melainkan cukup menyelupnya satu kali," katanya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012