Rektor Universitas Airlangga Mohammad Nasih bersama beberapa pimpinan PWNU serta ISNU Jatim, tokoh, dan kiai NU di Surabaya meluncurkan "ISNU Airlangga" di Surabaya, Sabtu, untuk reinterpretasi "Resolusi Jihad" era kekinian.

Di hadapan ratusan Nahdliyin Airlangga yang menandai puncak peringatan Hari Santri 2024 itu, Mohammad Nasih berharap, adanya sinergisitas dan kolaborasi kekuatan-kekuatan intelektual NU, baik di Unair maupun kampus lainnya, untuk meraih tujuan yang dicita-citakan bersama.

"Ibarat lidi kalau cuma satu ya tidak dianggap apa-apa dan tak bisa berbuat banyak, tetapi ketika menjadi sapu, maka ada banyak hal yang dapat dikerjakan dan disumbangsihkan kepada almamater, masyarakat, bangsa dan negara," ujarnya.

Dia menjelaskan Resolusi Jihad yang dicetuskan Hadratush Syeikh KH M Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU perlu dilakukan reinterpretasi untuk disesuaikan dengan kondisi kekinian dan ISNU Airlangga bisa memainkan perang signifikan dalam konteks itu.

"Perlu diketahui, dalam konteks SDG's untuk pengentasan kemiskinan, Unair merupakan kampus dengan peringkat pertama di dunia yang dinilai sukses mencapai No Poverty. Karena itu, dalam kaitan berdirinya ISNU Airlangga ini, maka upaya lebih luas dan masif, saya kira dapat dilakukan ke depannya sehingga kiprahnya menjadi lebih fokus tapi substantif, dengan semangat Resolusi Jihad memerangi kemiskinan," katanya.

Oleh karena itu, ia mengapresiasi peluncuran ISNU Airlangga yang dipadukan dengan bincang wicara bertema "Menyambung Juang Intelektual, Merengkuh Masa Depan Finansial" yang digagas dengan menggandeng KMNU Unair dan PWNU Jatim.

Wakil Ketua PWNU Jatim HA Hakim Jayli menekankan pentingnya ISNU Airlangga untuk melakukan napak tilas dari sepak terjang pendiri NU dalam konteks ekonomi (Nahdlatul Tujjar) yang sebenarnya telah dipetakan dengan baik oleh KH Wahab Hasbullah.

"KH Wahab telah memetakan dengan baik tentang tiga kota kunci di Jawa Timur untuk melawan penjajah dalam bidang ekonomi yakni Kediri sebagai sumber produksi, Jombang bagian pengemasan, dan distribusi serta Surabaya sebagai etalase atau hilirisasinya. Itulah esensi Nahdlatul Tujjar atau kebangkitan sisi ekonomi," kata Gus Hakim.

Menurut dia, perlunya ISNU Airlangga melakukan napak tilas soal itu untuk ke depan lebih baik, misalnya ada CEO Gathering dari HPN (Himpunan Pengusaha Nahdliyyin), karena Nahldatul Tujjar memang lebih merupakan bentuk gerakan kesadaran bahwa Islam ekonomi itu penting.

"Tentu untuk kuat secara ekonomi, seorang pengusaha harus memiliki modal dasar yakni integritas. Itu kenapa Nabi Muhammad disebut Al-Amin. Jangan lupa Nabi disebut demikian adalah ilmu dasar dalam bisnis yakni branding. Branding adalah apa yang dipikirkan market terhadap sesuatu dan Nabi Muhammad memiliki itu. Baru kemudian kita bicara soal kolaborasi dalam lingkungan ISNU Airlangga," katanya.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024