Calon gubernur Jawa Timur Tri Rismaharini, yang akrab disapa Mak Risma, menyerap aspirasi nelayan hingga generasi Z saat melakukan kampanye Pemilihan Kepala Daerah 2024 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.
"Tadi kami datang ke nelayan dan memang ada beberapa persoalan yang dikeluhkan mereka, mulai dari jalur kapal untuk berlabuh, manajemen dalam pengelolaan angkutan hingga operasional mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari," katanya.
Menurutnya, nelayan dan keluarganya tidak bisa hanya mengandalkan hidup dengan mencari ikan di laut, sehingga perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di pesisir pantai untuk menopang kehidupannya.
"Saya melihat banyak pandan di sepanjang pesisir pantai selatan Jember dan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan, saya tawarkan pelatihan membuat sandal hotel yang terbuat dari pandan yang prospeknya bagus," tuturnya.
Saat menjadi Menteri Sosial, lanjut dia, pihaknya sudah melatih masyarakat pesisir untuk membuat sandal dari bahan baku pandan dan kebutuhannya ternyata lebih besar dibandingkan produksi yang dihasilkan.
"Ada banyak program UMKM yang saya tawarkan kepada mereka. Hal itu sudah saya lakukan sejak menjadi Wali Kota Surabaya hingga Mensos karena kalau hanya mengandalkan hasil nelayan dan bantuan pemerintah tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.
Kemudian saat berdialog dengan generasi Z di salah satu kafe di Kecamatan Sumbersari, Risma juga menerima aspirasi soal jalan rusak milik provinsi yang belum juga diperbaiki sehingga menghambat akses ekonomi.
"Tidak hanya memperbaiki jalan yang rusak, saya ingin akses jalan itu lebih cepat seperti membuat terowongan untuk menembus jalur yang terlalu jauh, sehingga hal itu akan memberikan manfaat kepada masyarakat," katanya.
Mengusung slogan "Resik-Resik Jawa Timur" pada Pilkada 2024, mantan Menteri Sosial itu juga mendorong gen Z untuk berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja di masa depan.
Cagub Jatim nomor urut 3 itu juga mengaku sering membuat kebijakan yang dinilai tidak wajar, namun dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang panjang dan sekecil mungkin merugikan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Tadi kami datang ke nelayan dan memang ada beberapa persoalan yang dikeluhkan mereka, mulai dari jalur kapal untuk berlabuh, manajemen dalam pengelolaan angkutan hingga operasional mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari," katanya.
Menurutnya, nelayan dan keluarganya tidak bisa hanya mengandalkan hidup dengan mencari ikan di laut, sehingga perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat di pesisir pantai untuk menopang kehidupannya.
"Saya melihat banyak pandan di sepanjang pesisir pantai selatan Jember dan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga nelayan, saya tawarkan pelatihan membuat sandal hotel yang terbuat dari pandan yang prospeknya bagus," tuturnya.
Saat menjadi Menteri Sosial, lanjut dia, pihaknya sudah melatih masyarakat pesisir untuk membuat sandal dari bahan baku pandan dan kebutuhannya ternyata lebih besar dibandingkan produksi yang dihasilkan.
"Ada banyak program UMKM yang saya tawarkan kepada mereka. Hal itu sudah saya lakukan sejak menjadi Wali Kota Surabaya hingga Mensos karena kalau hanya mengandalkan hasil nelayan dan bantuan pemerintah tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.
Kemudian saat berdialog dengan generasi Z di salah satu kafe di Kecamatan Sumbersari, Risma juga menerima aspirasi soal jalan rusak milik provinsi yang belum juga diperbaiki sehingga menghambat akses ekonomi.
"Tidak hanya memperbaiki jalan yang rusak, saya ingin akses jalan itu lebih cepat seperti membuat terowongan untuk menembus jalur yang terlalu jauh, sehingga hal itu akan memberikan manfaat kepada masyarakat," katanya.
Mengusung slogan "Resik-Resik Jawa Timur" pada Pilkada 2024, mantan Menteri Sosial itu juga mendorong gen Z untuk berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja di masa depan.
Cagub Jatim nomor urut 3 itu juga mengaku sering membuat kebijakan yang dinilai tidak wajar, namun dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat dalam jangka waktu yang panjang dan sekecil mungkin merugikan masyarakat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024