Sebanyak 48 orang takmir masjid atau pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) se-Kabupaten Banyuwangi, mempelajari kemandirian masjid kepada Badan Pelaksana Pengelola (BPP) Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) di masjid setempat, Rabu.

"Tujuannya, kami bersama teman-teman ingin melakukan studi tiru ke Masjid Al-Akbar, bagaimana kemandiriannya, bagaimana usaha ekonomi di masjid bisa menghidupi masjid dan masyarakat sekitar," kata Ketua Pimpinan Daerah (PD) DMI Banyuwangi H Fathur Rahman.

Ketika menerima rombongan DMI se-Banyuwangi itu, Ketua BPP MAS DR KHM Sudjak MAg menjelaskan MAS memang berupaya mandiri dalam operasional dan hanya meminta bantuan pemerintah daerah setempat untuk renovasi, seperti proyek rehabilitasi kubah pada tahun 2020.

Baca juga: KH Miftachul Akhyar: Masjid sumber kekuatan Islam

"MAS memang mandiri dalam operasional dan untuk mandiri itu kami melakukan berbagai usaha untuk biaya operasional masjid, termasuk bisyaroh untuk 217 pegawai," katanya, didampingi perwakilan karyawan dari bidang Imaroh, Riayah, Ijtimaiyah, dan Tarbiyah di BPP MAS.

Terkait usaha BPP MAS, ia menjelaskan usaha sewa gedung pertemuan berkapasitas 2.000-an orang yang mayoritas untuk resepsi pernikahan dan akad nikah, usaha parkir, destinasi wisata Menara 99m, galeri kuliner/UMKM/foodcourt, dan infak (taman, toilet, ruang shalat).

"Tantangan masjid itu bukan cuma kemandirian dalam operasional, tetapi juga dua tantangan lain yakni tantangan memakmurkan masjid, terutama untuk anak-anak muda, serta tantangan digitalisasi. Yang jelas, masjid bukan hanya tempat ibadah tapi juga ekonomi dan sosial," katanya.

Menurut dia, masjid dengan model dakwah fokus pada usia Generasi Z (Gen Z) akan menjadikan masjid semakin dicintai anak-anak muda, karena itu remaja masjid dan GenZI di Masjid Al-Akbar mempunyai tiga program yakni GenZI Dakwah, GenZI Digital, dan GenZI Entrepreneurship, yang semuanya ditangani Remaja Masjid dan GenZI MAS.

"Untuk program dakwah GenZI, kami mengadakan Majelis Subuh GenZI atau MSG yang selama ini mendatangkan dai-dai muda level nasional dan regional yang memang idola anak-anak muda, di antaranya Ustadz Hanan Attaki, Habib Husein Jafar al-Hadar, Ustadz Syam Elmarusy, Ustadzah Oki Setiana Dewi, Gus Kautsar, dan sebagainya. Kalau Ramadhan juga ada kajian ngabuburit dan Qiyamul Lail oleh Remas GenZI MAS," katanya.

Sementara itu, digitalisasi juga merupakan kajian rutin yang bersifat digital/online agar dapat diikuti publik di luar Surabaya/Jatim, yakni Kajian Kitab Riyadussholihin (setiap Senin malam), Kajian Tafsir Jalalain (setiap Selasa malam), Kajian Tematik (setiap Rabu malam), Kajian Tartil Al-Quran (Minggu Subuh), dan Kajian Bulanan (MSG dan Kajian Kitab Karya Syeikh Abdul Qodir Jailani).

"Untuk masjid di Banyuwangi mungkin tidak perlu persis dengan kami, tapi menyesuaikan dengan kondisi, misalnya usaha ekonomi yang pas untuk masjid dan UMKM di sana, sedangkan upaya memakmurkan masjid dengan anak-anak muda juga penting tapi mungkin dengan dai lokal yang jadi idola anak-anak muda di sana. Khusus digitalisasi masjid mungkin bisa mengadakan kerja sama pelatihan dengan kami," kata Sudjak.

Pewarta: Willi Irawan

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024