Surabaya - Perusahaan Umum Bulog Divisi Regional Jawa Timur optimistis menyerap gabah dan beras petani sesuai Inpres Nomor 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah atau Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. "Dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 3/2012, kami yakin petani tak ragu lagi menjual gabah atau berasnya ke Bulog menyusul kini mereka memiliki kepastian harga melalui Harga Pembelian Pemerintah (HPP)," kata Kepala Bulog Divre Jatim, Rito Angky Pratomo saat dihubungi di Surabaya, Senin. Akan tetapi, menurut dia, berdasarkan Inpres Nomor 3/2012 HPP gabah Bulog belum seimbang dibandingkan dengan ketentuan harga beras di pasaran. "Namun, kami percaya kebijakan ini dapat membantu Bulog menyerap sebanyak mungkin gabah atau beras petani di Jatim," ujarnya. Ia mencontohkan, HPP yang ditetapkan pemerintah untuk gabah dengan kualitas kadar air maksimal 14 persen dan kadar hampa atau kotor sebesar tiga persen mencapai Rp4.200 perkilogram. "Kalau harga pembelian beras dengan butiran patah mencapai Rp6.600 perkilogram," katanya. Di tingkat konsumen, tambah dia, harga beras justru mencapai Rp7.800 perkilogram. Apabila besaran biaya distribusi beras tersebut mencapai Rp1.000 perkilogram maka angka ideal HPP beras yang ditetapkan Rp6.800 perkilogram. "Ketika HPP beras bisa mencapai Rp6.800 perkilogram, kami optimistis harganya setara dengan harga di pasar domestik saat ini," katanya. Di sisi lain, sebut dia, harga yang ditetapkan pemerintah melalui Inpres Nomor 3/2012 hampir sama dengan harga yang digunakan Bulog untuk melakukan pengadaan sebelum ditetapkannya HPP yakni mencapai Rp6.500 perkilogram untuk beras. "Lalu, untuk gabah mencapai Rp4.300 perkilogram," katanya. Mengenai besaran target pengadaan beras Bulog di Jatim selama tahun 2012, lanjut dia, Lebih jelas Angky mengungkapkan, meningkat menjadi 1.036.350 ton beras dibandingkan proyeksi awal mencapai 900.000 ton. Untuk merealisasikannya, pada semester I/2012 pihaknya siap menyerap 75 persen daripada total target. "Kemudian sisa 25 persennya akan kami serap pada semester II/2012. Upaya itu karena mayoritas produksi padi di wilayah Jatim bisa terealisasi pada 'subround I' periode Januari-April 2012," katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012