Penjabat (Pj) Bupati Tulungagung, Jawa Timur, Heru Suseno mengajak para santri atau komunitas pesantren untuk lebih aktif mengambil peran dalam pembangunan.
"Santri tidak harus belajar agama saja, tapi santri juga harus mempunyai kemampuan yang berguna untuk mengisi kemerdekaan," ucap Heru sambutan saat upacara peringatan Hari Santri Nasional di Tulungagung, Selasa.
Menurutnya, peran inklusif santri ditandai sebagai resolusi jihad itu mendasari penetapan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober.
"Resolusi Jihad merupakan warisan dari pejuang dan ulama yang harus diteruskan oleh santri dalam mengisi pembangunan pasca-kemerdekaan," katanya.
Heru menambahkan Hari Santri merupakan bentuk penghargaan dan apresiasi kepada ulama dan santri pondok pesantren atas perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan serta mempertahankan negara Indonesia.
Ia lalu mencontohkan Presiden ke-4 RI yang berasal dari kalangan santri yaitu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Lalu ada juga KH Ma'ruf Amin yang menjadi wakil presiden mendampingi Presiden ke-6 Joko Widodo, serta banyak menteri yang berlatar belakang santri.
Heru juga menyebutkan bahwa banyak santri dari Tulungagung yang berperan dalam pembangunan. "Santri meskipun belajar agama, tetapi tidak menutup kemungkinan dia bisa belajar dan berperan di sektor lain," imbuhnya.
Peringatan Hari Santri tahun ini bertepatan dengan masa kontestasi Pilkada Serentak 2024.
Karena itu ada beberapa agenda peringatan yang terpaksa harus ditiadakan, terutama kegiatan yang melibatkan banyak massa, karena dikhawatirkan dapat mengganggu kondusifitas wilayah jelang pemilihan kepala daerah serentak pada 27 November mendatang.
"Itu juga menjadi pertimbangan teman-teman dari unsur pengamanan dan bisa diarahkan ke kegiatan lain," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Santri tidak harus belajar agama saja, tapi santri juga harus mempunyai kemampuan yang berguna untuk mengisi kemerdekaan," ucap Heru sambutan saat upacara peringatan Hari Santri Nasional di Tulungagung, Selasa.
Menurutnya, peran inklusif santri ditandai sebagai resolusi jihad itu mendasari penetapan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober.
"Resolusi Jihad merupakan warisan dari pejuang dan ulama yang harus diteruskan oleh santri dalam mengisi pembangunan pasca-kemerdekaan," katanya.
Heru menambahkan Hari Santri merupakan bentuk penghargaan dan apresiasi kepada ulama dan santri pondok pesantren atas perjuangan mereka dalam merebut kemerdekaan serta mempertahankan negara Indonesia.
Ia lalu mencontohkan Presiden ke-4 RI yang berasal dari kalangan santri yaitu KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Lalu ada juga KH Ma'ruf Amin yang menjadi wakil presiden mendampingi Presiden ke-6 Joko Widodo, serta banyak menteri yang berlatar belakang santri.
Heru juga menyebutkan bahwa banyak santri dari Tulungagung yang berperan dalam pembangunan. "Santri meskipun belajar agama, tetapi tidak menutup kemungkinan dia bisa belajar dan berperan di sektor lain," imbuhnya.
Peringatan Hari Santri tahun ini bertepatan dengan masa kontestasi Pilkada Serentak 2024.
Karena itu ada beberapa agenda peringatan yang terpaksa harus ditiadakan, terutama kegiatan yang melibatkan banyak massa, karena dikhawatirkan dapat mengganggu kondusifitas wilayah jelang pemilihan kepala daerah serentak pada 27 November mendatang.
"Itu juga menjadi pertimbangan teman-teman dari unsur pengamanan dan bisa diarahkan ke kegiatan lain," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024