Pegiat sosial dan pengusaha (socialpreneur) muda asal Surabaya, Marcha Sharapova Rusli, meluncurkan produk busana fesyen batik berkelanjutan bernama "Dear Earth" dengan menggandeng penyandang disabilitas atau difabel.
"Proyek ini berfokus pada penggabungan seni dan pelestarian lingkungan untuk menemukan solusi kreatif dan berdampak terhadap tantangan lingkungan, sambil memberikan manfaat bagi komunitas yang kurang mampu, terutama anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel," ucap Marcha yang juga menjadi brand ambasador Bigetron (BTR) Esport, saat konferensi pers di Surabaya, Senin.
Marcha BTR, sebutan populernya, menjelaskan, produk busana batik yang diluncurkannya menggunakan metode eco print atau teknik pewarnaan alami yang menggunakan bahan-bahan dari alam untuk menciptakan pola dan warna pada kain.
"Jadi teman-teman dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Insani Tunas Mandiri saya kenalkan metode eco print kemudian selanjutnya hasil karya mereka saya jadikan busana," ujar dara kelahiran Surabaya 4 Maret 2007 itu.
Menurut dia, seni adalah salah satu media paling kuat untuk mengomunikasikan konsep-konsep kompleks seperti keberlanjutan, terutama kepada generasi muda.
"Desain yang saya buat juga fresh serta kekinian, jadi selain menggabungkan seni budaya dan lingkungan saya tetap menampilkan sentuhan kekinian agar generasi saat ini, seperti saya juga tertarik memakainya," katanya.
Saat ini, kata Marcha, harga yang dipatok tiap busana yang dikeluarkannya berkisar antara Rp100.000 hingga Rp400.000, tergantung tingkat kesulitannya, baik motif maupun desain busananya.
"Karena ini saya baru memulai jadi pemasarannya hanya di teman dekat dan sesama influencer Surabaya, pemesanannya juga mudah karena lewat online, tidak harus ke tempat saya," ucap dara yang pernah menjadi Putri Cilik Indonesia 2019 tersebut.
Tidak lupa dirinya juga berterima kasih kepada yayasan sosial 1001 Harapan yang telah memberikan pelajaran berharga terkait kepedulian sosial dan lingkungan.
"Yayasan 1001 Harapan ini yang pertama kali mengajarkan seni berkelanjutan kepada anak-anak dengan menggunakan bahan limbah. Namun, proyek Dear Earth ini benar-benar berkembang ketika saya memperluasnya untuk mencakup anak-anak berkebutuhan khusus di Insani Tunas Mandiri," tuturnya.
"Oleh karena itu, kedepannya profit hasil penjualan busana Dear Earth akan saya berikan ke Insani Tunas Mandiri," tambahnya.
Sementara itu, pemilik sekaligus Kepala SLB Insani Tunas Mandiri Tety Agustina mengatakan siswa yang terlibat untuk proyek Dear Earth saat ini duduk di bangku kelas 11 hingga 12.
"Hampir 20 anak tuna rungu dan grahita yang terlibat dalam proyek itu, kalau terlalu kecil masih belum mampu," katanya.
Pihaknya bersyukur bisa diberi kesempatan dalam proyek yang dapat memberi manfaat bagi sekolah maupun muridnya.
"Semoga melalui kegiatan yang saat ini sudah menjadi ekstrakurikuler di sekolah bisa bermanfaat bagi semua pihak, baik sekolah, murid maupun Marcha sendiri," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Proyek ini berfokus pada penggabungan seni dan pelestarian lingkungan untuk menemukan solusi kreatif dan berdampak terhadap tantangan lingkungan, sambil memberikan manfaat bagi komunitas yang kurang mampu, terutama anak-anak berkebutuhan khusus atau difabel," ucap Marcha yang juga menjadi brand ambasador Bigetron (BTR) Esport, saat konferensi pers di Surabaya, Senin.
Marcha BTR, sebutan populernya, menjelaskan, produk busana batik yang diluncurkannya menggunakan metode eco print atau teknik pewarnaan alami yang menggunakan bahan-bahan dari alam untuk menciptakan pola dan warna pada kain.
"Jadi teman-teman dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Insani Tunas Mandiri saya kenalkan metode eco print kemudian selanjutnya hasil karya mereka saya jadikan busana," ujar dara kelahiran Surabaya 4 Maret 2007 itu.
Menurut dia, seni adalah salah satu media paling kuat untuk mengomunikasikan konsep-konsep kompleks seperti keberlanjutan, terutama kepada generasi muda.
"Desain yang saya buat juga fresh serta kekinian, jadi selain menggabungkan seni budaya dan lingkungan saya tetap menampilkan sentuhan kekinian agar generasi saat ini, seperti saya juga tertarik memakainya," katanya.
Saat ini, kata Marcha, harga yang dipatok tiap busana yang dikeluarkannya berkisar antara Rp100.000 hingga Rp400.000, tergantung tingkat kesulitannya, baik motif maupun desain busananya.
"Karena ini saya baru memulai jadi pemasarannya hanya di teman dekat dan sesama influencer Surabaya, pemesanannya juga mudah karena lewat online, tidak harus ke tempat saya," ucap dara yang pernah menjadi Putri Cilik Indonesia 2019 tersebut.
Tidak lupa dirinya juga berterima kasih kepada yayasan sosial 1001 Harapan yang telah memberikan pelajaran berharga terkait kepedulian sosial dan lingkungan.
"Yayasan 1001 Harapan ini yang pertama kali mengajarkan seni berkelanjutan kepada anak-anak dengan menggunakan bahan limbah. Namun, proyek Dear Earth ini benar-benar berkembang ketika saya memperluasnya untuk mencakup anak-anak berkebutuhan khusus di Insani Tunas Mandiri," tuturnya.
"Oleh karena itu, kedepannya profit hasil penjualan busana Dear Earth akan saya berikan ke Insani Tunas Mandiri," tambahnya.
Sementara itu, pemilik sekaligus Kepala SLB Insani Tunas Mandiri Tety Agustina mengatakan siswa yang terlibat untuk proyek Dear Earth saat ini duduk di bangku kelas 11 hingga 12.
"Hampir 20 anak tuna rungu dan grahita yang terlibat dalam proyek itu, kalau terlalu kecil masih belum mampu," katanya.
Pihaknya bersyukur bisa diberi kesempatan dalam proyek yang dapat memberi manfaat bagi sekolah maupun muridnya.
"Semoga melalui kegiatan yang saat ini sudah menjadi ekstrakurikuler di sekolah bisa bermanfaat bagi semua pihak, baik sekolah, murid maupun Marcha sendiri," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024