Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes-P2KB) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur melakukan penyelidikan epidemiologi kasus demam berdarah dengue (DBD) menyusul meningkatnya kasus itu akhir-akhir ini.

"Ini kami lakukan untuk mengetahui cara penyebaran atau penularan penyakit tersebut," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes-P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri di Sumenep, Jawa Timur, Senin.

Institusi ini mencatat, warga Sumenep yang telah dinyatakan positif terserang kasus DBD hingga 15 September 2024 sebanyak 1.107 orang.

Menurut Syamsuri, jumlah itu lebih banyak dibanding kasus yang menimpa warga di kabupaten paling timur di Pulau Madura itu selama 2023.

Ia menjelaskan, pada 2023, jumlah warga yang dinyatakan positif terserang DBD sebanyak 305 orang.

"Jumlah 305 orang ini merupakan jumlah selama setahun, yakni mulai Januari hingga Desember 2023," katanya.

Sedangkan yang terjadi pada 2024 yang menimpa sebanyak 1.107 orang tersebut, dalam hitungan sembilan bulan, yakni mulai Januari hingga September 2024.

"Lonjakannya sangat banyak, dan oleh karena itu, kami perlu melakukan penyelidikan epidemiologi terkait kasus demam berdarah di Sumenep ini," katanya.

Penyelidikan Epidemiologi DBD merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mencari penderita atau tersangka DBD, memeriksa jentik nyamuk DBD di rumah penderita dan sekitarnya, serta di tempat umum yang diduga sebagai sumber penularan.

Syamsuri menjelaskan, bahwa Epidemiologi merupakan studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada manusia, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

"Nantinya kami akan mengumpulkan dan menganalisis data untuk menyelidiki masalah ini," katanya.

Menurut data Dinkes-P2KB Sumenep ke 1.107 warga yang positif terserang DBD itu dari sejumlah kecamatan di kepulauan dan daratan yang ada di Sumenep.

"Kasus DBD terbanyak di Kecamatan Kota, Saronggi, dan terbanyak ketiga di Kecamatan Bluto," katanya.

Ia menjelaskan, di Kecamatan Kota Sumenep, jumlah penderita DBD sebanyak 109 orang, kemudian 107 di Kecamatan Saronggi, sedangkan di Kecamatan Bluto sebanyak 107 orang.

"Saat ini kami juga menginstruksikan petugas kesehatan di masing-masing puskesmas untuk terjun ke lapangan melakukan pemberantasan sarang nyamuk," katanya.

Selain itu, sambung dia, pihaknya juga menerjunkan tim khusus untuk menyampaikan sosialisasi secara langsung kepada masyarakat agar berprilaku hidup sehat, seperti tidak membuang sampah sembarangan yang memperlancar aliran air, serta melakukan pengurasan bak mandi secara rutin.

"Cara ini dilakukan agar lingkungan tetap bersih, sehingga tidak ada tempat berkembangnya nyamuk Aedes aegypti," katanya.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024