Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dan Inspektorat bersama tim Pengamanan Pembangunan Strategis (PPS) Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Madiun melakukan pengecekan langsung pekerjaan fabrikasi proyek Jembatan Patihan di salah satu pabrik di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Kasubsi Ekonomi Keuangan dan PPS Kejari Kota Madiun, Asep Maulana dalam keterangannya di Madiun, Rabu mengatakan dari hasil pengecekan tersebut diketahui bahwa progres pekerjaan fabrikasi jembatan berjalan on the track atau sesuai jadwal.
"Pengecekan langsung ini agar kami bisa mengetahui apa yang menjadi kendala dan apa penyebabnya. Kami juga memastikan pekerjaan, khususnya fabrikasi, bisa segera selesai dan dikirim ke Kota Madiun," ujarnya.
Menurut Asep, material dan komponen fabrikasi sudah siap untuk dikerjakan. Sehingga, pembangunan jembatan dapat segera dilaksanakan.
"Pihak vendor atau pabrik menyanggupi untuk menyelesaikan pekerjaan pada 14 Oktober," katanya.
Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Kota Madiun Agus Tri Sukamto menjelaskan bahwa kunjungan langsung ke pabrik tersebut untuk memastikan ketersediaan dan kesesuaian material, serta, komponen pendukung lainnya yang sudah dipesan.
Selain itu, juga memastikan jadwal pengiriman fabrikasi jembatan agar dapat disesuaikan dengan pekerjaan yang ada di lokasi jembatan. Rencananya, awal Oktober fabrikasi dapat dikirim secara bertahap.
"Kami memastikan jadwal pengiriman fabrikasi supaya matching dengan pekerjaan di lapangan. Jadwal pengiriman sesuai saran dari konsultan pengawas," katanya.
Agus menjelaskan, jembatan gantung yang akan dibangun sepanjang 120 meter itu terdiri dari dua beton pendekat masing-masing sepanjang 20 meter dengan jembatan sepanjang 80 meter. Kemudian, lebar jembatan sekitar 1,8 meter dengan beban maksimal 5 ton.
Jembatan Patihan itu dibanung dengan total kontrak proyek sebesar Rp9,6 miliar.
"Sesuai SPMK atau surat perintah mulai kerja, dibutuhkan 150 hari pekerjaan. Mulai 16 Juli hingga 13 Desember," kata dia.
Pembangunan Jembatan Patihan yang menghubungkan Kelurahan Patihan dan Sogaten menjadi proyek strategis yang menjadi perhatian Pemkot Madiun. Karenanya, pemkot terus berupaya memantau perkembangan proyek agar hasilnya maksimal.
Jembatan Patihan runtuh dan terputus usai ambrolnya dua dari enam tiang penyangga akibat derasnya aliran Sungai Bengawan Madiun pada April 2021 karena curah hujan tinggi.
Sebelum putus dan runtuh, tiang penyangga telah ambles akibat tergerus arus sungai. Melihat kondisi jembatan yang miring, Pemkot Madiun memutuskan untuk menutup jembatan penghubung antar-kelurahan tersebut karena berbahaya.
Beberapa tahun terputus, kini pembangunan Jembatan Patihan merupakan tindak lanjut usulan warga setempat dalam musyawarah perencanaan pembangunan, baik tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Sehingga, usulan pembangunan tersebut mendapat pos anggaran dan direalisasikan pada 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kasubsi Ekonomi Keuangan dan PPS Kejari Kota Madiun, Asep Maulana dalam keterangannya di Madiun, Rabu mengatakan dari hasil pengecekan tersebut diketahui bahwa progres pekerjaan fabrikasi jembatan berjalan on the track atau sesuai jadwal.
"Pengecekan langsung ini agar kami bisa mengetahui apa yang menjadi kendala dan apa penyebabnya. Kami juga memastikan pekerjaan, khususnya fabrikasi, bisa segera selesai dan dikirim ke Kota Madiun," ujarnya.
Menurut Asep, material dan komponen fabrikasi sudah siap untuk dikerjakan. Sehingga, pembangunan jembatan dapat segera dilaksanakan.
"Pihak vendor atau pabrik menyanggupi untuk menyelesaikan pekerjaan pada 14 Oktober," katanya.
Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Kota Madiun Agus Tri Sukamto menjelaskan bahwa kunjungan langsung ke pabrik tersebut untuk memastikan ketersediaan dan kesesuaian material, serta, komponen pendukung lainnya yang sudah dipesan.
Selain itu, juga memastikan jadwal pengiriman fabrikasi jembatan agar dapat disesuaikan dengan pekerjaan yang ada di lokasi jembatan. Rencananya, awal Oktober fabrikasi dapat dikirim secara bertahap.
"Kami memastikan jadwal pengiriman fabrikasi supaya matching dengan pekerjaan di lapangan. Jadwal pengiriman sesuai saran dari konsultan pengawas," katanya.
Agus menjelaskan, jembatan gantung yang akan dibangun sepanjang 120 meter itu terdiri dari dua beton pendekat masing-masing sepanjang 20 meter dengan jembatan sepanjang 80 meter. Kemudian, lebar jembatan sekitar 1,8 meter dengan beban maksimal 5 ton.
Jembatan Patihan itu dibanung dengan total kontrak proyek sebesar Rp9,6 miliar.
"Sesuai SPMK atau surat perintah mulai kerja, dibutuhkan 150 hari pekerjaan. Mulai 16 Juli hingga 13 Desember," kata dia.
Pembangunan Jembatan Patihan yang menghubungkan Kelurahan Patihan dan Sogaten menjadi proyek strategis yang menjadi perhatian Pemkot Madiun. Karenanya, pemkot terus berupaya memantau perkembangan proyek agar hasilnya maksimal.
Jembatan Patihan runtuh dan terputus usai ambrolnya dua dari enam tiang penyangga akibat derasnya aliran Sungai Bengawan Madiun pada April 2021 karena curah hujan tinggi.
Sebelum putus dan runtuh, tiang penyangga telah ambles akibat tergerus arus sungai. Melihat kondisi jembatan yang miring, Pemkot Madiun memutuskan untuk menutup jembatan penghubung antar-kelurahan tersebut karena berbahaya.
Beberapa tahun terputus, kini pembangunan Jembatan Patihan merupakan tindak lanjut usulan warga setempat dalam musyawarah perencanaan pembangunan, baik tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota. Sehingga, usulan pembangunan tersebut mendapat pos anggaran dan direalisasikan pada 2024.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024