Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperta) Kabupaten Madiun mencatat jumlah luas lahan pertanian untuk menanam padi pada musim kemarau kedua (MK-II) di wilayah setempat pada Agustus-September 2024 mencapai 24.000 hektare.
Kepala Disperta Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan luas lahan penanaman padi 24.000 hektare tersebut terpantau menyusut jika dibandingkan pada musim tanam sebelumnya akibat musim kemarau.
"Sesuai data, pada musim kemarau kedua yang dimulai bulan Agustus dan September, luasan tanam padi menyusut menjadi sekitar 24.000 hektare," ujarnya di Madiun, Minggu.
Menurut dia, berkurangnya luas lahan tanam tersebut karena dampak puncak musim kemarau, sehingga petani enggan menanam padi karena minimnya air untuk pengairan.
Sementara pada masa tanam musim pertama (MP-I) dan musim kemarau pertama April, lanjut Sumanto, masing-masing luas lahan pertaniandi Kabupaten Madiun mencapai 31.500 hektare.
Pemkab Madiun terus berupaya untuk meningkatkan produksi padi petani setempat. Terdapat sejumlah upaya yang dilakukan untuk mewujudkannya, salah satunya adalah penggunaan pupuk berimbang maupun organik, alat dan mesin pertanian yang modern, bibit unggul, pengusir hama yang efektif, serta pendampingan petugas penyuluh pertanian yang mumpuni.
Setiap hektare sawah di Kabupaten Madiun, rata-rata mampu menghasilkan beras di kisaran 6,5 hingga 6,8 ton.
"Penyusutan itu karena ada petani yang beralih menanam komoditas lain seperti palawija atau hortikultura. Petani sudah bijak, jika dipaksakan untuk menanam padi, malah rugi arena minim air," katanya.
Adapun rata-rata produksi padi di Kabupaten Madiun per tahun yang tercatat oleh Dinas Pertanian setempat mencapai 500.000 ton gabah kering pamen dengan luas area tanam atau sawah 90.000 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kepala Disperta Kabupaten Madiun Sumanto mengatakan luas lahan penanaman padi 24.000 hektare tersebut terpantau menyusut jika dibandingkan pada musim tanam sebelumnya akibat musim kemarau.
"Sesuai data, pada musim kemarau kedua yang dimulai bulan Agustus dan September, luasan tanam padi menyusut menjadi sekitar 24.000 hektare," ujarnya di Madiun, Minggu.
Menurut dia, berkurangnya luas lahan tanam tersebut karena dampak puncak musim kemarau, sehingga petani enggan menanam padi karena minimnya air untuk pengairan.
Sementara pada masa tanam musim pertama (MP-I) dan musim kemarau pertama April, lanjut Sumanto, masing-masing luas lahan pertaniandi Kabupaten Madiun mencapai 31.500 hektare.
Pemkab Madiun terus berupaya untuk meningkatkan produksi padi petani setempat. Terdapat sejumlah upaya yang dilakukan untuk mewujudkannya, salah satunya adalah penggunaan pupuk berimbang maupun organik, alat dan mesin pertanian yang modern, bibit unggul, pengusir hama yang efektif, serta pendampingan petugas penyuluh pertanian yang mumpuni.
Setiap hektare sawah di Kabupaten Madiun, rata-rata mampu menghasilkan beras di kisaran 6,5 hingga 6,8 ton.
"Penyusutan itu karena ada petani yang beralih menanam komoditas lain seperti palawija atau hortikultura. Petani sudah bijak, jika dipaksakan untuk menanam padi, malah rugi arena minim air," katanya.
Adapun rata-rata produksi padi di Kabupaten Madiun per tahun yang tercatat oleh Dinas Pertanian setempat mencapai 500.000 ton gabah kering pamen dengan luas area tanam atau sawah 90.000 hektare.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024