Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyebut proyek petrokimia senilai Rp59,37 triliun milik PT Lotte Chemical Indonesia (PT LCI) siap beroperasi pada Maret 2025.

Rosan mengatakan bahwa pembangunan pabrik petrokimia ini sudah hampir selesai atau kurang lebih 98,7 persen.

"Diharapkan Maret nanti sudah mulai produksi dan bulan Mei sudah mulai ekspor," ujar Rosan melalui keterangan di Jakarta, Kamis.

PT LCI merupakan salah satu proyek investasi yang berhasil difasilitasi pemerintah pascapembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Investasi oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2021.

Baca juga: Petrokimia Gresik dukung pertanian produktif di Timor Leste

Setelah menghadapi berbagai kendala perizinan dan tumpang tindih lahan selama 6 tahun, proyek ini berhasil dimulai kembali konstruksinya pada April 2022.

Proyek ini mencakup pembangunan fasilitas petrokimia untuk memproduksi polypropylene serta produk hilir lainnya seperti butadiene, dan BTX (benzene, toluene, xylene).

Produk-produk ini akan menjadi bahan baku penting bagi berbagai industri seperti pembuatan botol, ban, cat, peralatan medis, hingga pengusir serangga.

Rosan menyebut industri petrokimia sangat penting untuk hilirisasi di Indonesia. Sebab di saat yang bersamaan, perusahaan juga menyerap 14 ribu tenaga kerja.

"Hanya 4 persen tenaga kerja dari Korea, dari segi penyerapan tenaga kerja, teknologi, industrialisasi, dan ekspor, ini memberi dampak positif bagi Indonesia, terutama di daerah Cilegon," katanya.

Rosan juga menekankan bahwa pemerintah memiliki kebijakan insentif super tax deduction hingga 200 persen bagi perusahaan yang berkontribusi dalam pengembangan pendidikan vokasi.

Hal ini menjadi wujud upaya Pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa tidak hanya perusahaan yang tumbuh dan berkembang, tetapi juga sumber daya manusia di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, President Director PT LCI Yim Dong Hee, juga mengapresiasi kehadiran Menteri Investasi/Kepala BKPM yang melakukan peninjauan ke fasilitas produksi LCI. Ini merupakan bentuk perhatian pemerintah atas setiap perkembangan investasi yang terjadi.

"Tahun depan, kami siap berproduksi, kami harap dapat kembali mengundang pemerintah ke sini," ujar Yim Dong Hee.

Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, investasi PT Lotte Chemical Indonesia tercatat sebagai penanaman modal asing (PMA) asal Malaysia, karena mayoritas pemegang saham (51 persen) adalah Lotte Chemical Titan Holding Bhd, yang berbasis di Malaysia.

Selama 10 tahun terakhir, Malaysia menempati peringkat kelima sebagai negara asal Foreign Direct Investment (FDI) terbesar di Indonesia, dengan total investasi mencapai 21,86 miliar dolar AS.

Korea Selatan, sebagai negara asal pemegang saham minoritas di PT LCI, menempati peringkat ketujuh dengan total investasi sebesar 18,20 miliar dolar AS.

Kehadiran kedua negara ini dalam proyek petrokimia strategis menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap potensi pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi Indonesia.

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024